REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban telah membagikan pesan audio dari pemimpin tertinggi mereka, Hibatullah Akhundzada. Dalam pesan tersebut, Akhundzada mengatakan, keadilan adalah instrumen untuk kelangsungan hidup pemerintah Afghanistan.
Akhundzada hampir tidak pernah muncul di depan umum. Dia juga hampir tidak pernah meninggalkan jantung Taliban di Provinsi Kandahar. Pesan audio itu dibagikan oleh juru bicara utama Taliban Zabihullah Mujahid di Twitter pada Rabu (12/4/2023). Dalam pesan tersebut, Akhundzada mengatakan keadilan adalah instrumen untuk kelangsungan hidup pemerintah.
“Tetapi jika tidak ada keadilan, dan ada penindasan, keegoisan, pembunuhan dan balas dendam, serta pembunuhan tanpa pengadilan, negara ini akan hancur. Penindasan ini dapat dicegah melalui keputusan ulama yang tepat dan implementasi yang tepat oleh pemerintah," ujar Akhundzada.
Associated Press belum dapat memverifikasi secara independen bahwa suara di pesan audio itu adalah milik Akhundzada. Dalam unggahannya di Twitter, Mujahid tidak memberikan informasi kapan pesan audio itu direkam atau apa alasan pesan itu dirilis.
Ahmed Rashid, yang telah menulis beberapa buku tentang Taliban, mengatakan, audio tersebut tidak memiliki konteks. Pesan dalam audio itu tidak membahas masalah yang dihadapi Taliban, seperti hak-hak perempuan dan krisis kemanusiaan yang semakin parah di Afghanistan.
“Dia telah mengambil sesuatu yang penting bagi Taliban tetapi tidak relevan dengan populasi pada umumnya. Tampaknya tidak ada tujuan politis dari pesan audio ini. Sangat tidak biasa mendengar kabar darinya (Akhundzada). Orang-orang akan bingung tentang ini selama beberapa hari ke depan karena sejak dia berkuasa dia menjauhkan diri," kata Rashid.
Pada Januari, Mujahid mengatakan bahwa Akhundzada bertemu dengan ulama dari berbagai provinsi. Mujahid juga mengungkapkan tentang pertemuan Akhundzada dengan para komandan dan pejabat keamanan berpangkat tinggi lainnya pada Februari.
Akhundzada tampaknya mengambil peran yang lebih kuat dalam mengarahkan kebijakan dalam negeri dalam enam bulan terakhir. Atas perintahnya dari Kandahar, Taliban melarang perempuan dan anak perempuan mengakses pendidikan di tingkat sekolah menengah dan universitas. Taliban juga melarang perempuan Afghanistan bekerja di LSM dan PBB.
Akhundzada melakukan perjalanan ke Kabul hanya satu kali sejak Taliban mengambil alih pemerintahan Afghanistan pada Agustus 2021. Ketika itu, Akhundzada memberikan pidato di pertemuan ulama dalam pertemuan tertutup.
Akhundzada diangkat sebagai pemimpin Taliban pada 2016, setelah serangan udara AS menewaskan pendahulunya Mullah Akhtar Mohammad Mansour di Pakistan. Sejauh ini hanya ada satu foto Akhundzada yang dirilis selama bertahun-tahun.