Senin 17 Apr 2023 05:20 WIB

Cina Luncurkan Satelit Cuaca, Penerbangan Sipil Diminta Ubah Rute

Perubahan rute penerbangan sipil dilakukan untuk mencegah jatuhnya puing roket.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Dalam foto yang dirilis Kantor Berita Xinhua ini, sebuah roket Long March-4B yang membawa satelit Fengyun-3 07 meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di Jiuquan, Provinsi Gansu, China barat laut, Minggu, 16 April 2023. Penerbangan dari Taiwan utara ditunda Minggu setelah China meluncurkan roket yang membawa satelit yang menjatuhkan puing-puing ke perairan utara ibu kota Taipei.
Foto: Wang Jiangbo/Xinhua via AP
Dalam foto yang dirilis Kantor Berita Xinhua ini, sebuah roket Long March-4B yang membawa satelit Fengyun-3 07 meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di Jiuquan, Provinsi Gansu, China barat laut, Minggu, 16 April 2023. Penerbangan dari Taiwan utara ditunda Minggu setelah China meluncurkan roket yang membawa satelit yang menjatuhkan puing-puing ke perairan utara ibu kota Taipei.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina meluncurkan satelit cuaca pada Ahad (16/4/2023). Penerbangan sipil diminta mengubah rute untuk menghindari zona larangan terbang yang diberlakukan karena kemungkinan jatuhnya puing roket.

China Aerospace Science and Technology Corporation mengatakan, satelit cuaca Fengyun 3G telah berhasil diluncurkan dari provinsi barat laut Gansu pada pukul 09.36 pagi. Satelit itu kemudian memasuki orbitnya dan menyatakan peluncuran itu sukses total. Fengyun 3G adalah satelit orbit rendah bumi yang dirancang untuk melacak curah hujan.

Baca Juga

Tidak disebutkan apa jalur penerbangan roket Long March 4B yang membawa satelit itu. Namun waktunya bertepatan dengan pengumuman Cina sebelumnya tentang zona larangan terbang.

Kementerian Transportasi Taiwan mengatakan, Cina awalnya memberi tahu akan memberlakukan zona larangan terbang dari Ahad hingga Selasa (18/4/2023). Namun kemudian periode itu telah dikurangi menjadi 27 menit pada Ahad pagi setelah Taiwan melayangkan protes.

Zona tersebut berada di area di atas Laut Cina Timur sedikit di timur laut Taiwan yang secara rutin menjadi lalu lintas penerbangan sipil yang padat. Taiwan mengatakan, memperkirakan sekitar 33 penerbangan akan terpengaruh dan telah memperingatkan pengiriman untuk menjauh.

Pengumuman larangan terbang itu mengguncang saraf regional karena hal itu terjadi tidak lama setelah Cina menggelar latihan perang baru di sekitar Taiwan.  meskipun Taiwan telah mengeluarkan pemberitahuan kepada penerbang atau NOTAM yang menggunakan kata-kata "wilayah udara diblokir karena aktivitas penerbangan luar angkasa". Beijing pun mengoreksi, tidak akurat untuk menyebut rekomendasi yang diberikan sebagai zona larangan terbang.

Menurut rute yang dilacak di Flightradar24, penerbangan ke dan dari Taiwan ke Cina, Taiwan ke Korea Selatan, dan Taiwan ke Jepang termasuk di antara rute yang harus memutar di sekitar zona tersebut pada Ahad pagi. Jalur penerbangan normal dilanjutkan tak lama setelah pukul 10.00 waktu setempat. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement