REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Yordania telah memperingatkan tentang konsekuensi jika pasukan Israel kembali menyerbu Masjid Al Aqsa. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sinan al-Majali, mengatakan, Pemerintah Israel memikul tanggung jawab atas eskalasi di Yerusalem dan di semua wilayah pendudukan Palestina.
"Jika polisi Israel menyerang jamaah lagi, dalam upaya untuk mengosongkan jamaah, dalam persiapan untuk serangan besar ke masjid, maka itu akan mendorong situasi peningkatan ketegangan dan kekerasan yang akan dibayar semua orang," ujar al-Majali, dilaporkan CNN, Sabtu (15/4/2023).
Peringatan dari Yordania diikuti oleh pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Israel pada Ahad (16/4/2023) pagi. Israel mengatakan, orang-orang yang, membarikade diri di dalam Masjid Al Aqsa adalah massa yang berbahaya, diradikalisasi dan dihasut oleh Hamas serta organisasi teror lainnya.
Kementerian Luar Negeri Israel meminta penjaga Wakaf Yordania untuk segera mengeluarkan ekstremis dari Masjid Al Aqsa. Menurut Israel, orang-orang yang disebut ekstremis itu berencana melakukan kerusuhan pada Ahad di Temple Mount dan Tembok Barat.
Wakaf adalah badan yang ditunjuk Yordania yang mengelola kompleks Masjid Al Aqsa, yang dikenal sebagai Temple Mount oleh orang Yahudi. Polisi Israel menggerebek Masjid Al Aqsa Yerusalem sebanyak dua kali pada Rabu (12/4/2023). Polisi Israel mengklaim bahwa ratusan perusuh dan penoda masjid telah membuat barikade di dalam masjid.
Kemudian pada Sabtu (15/4/2023) malam, polisi Israel kembali menuduh banyak anak muda telah memasuki masjid dan menutup pintunya, tanpa alasan. Penggerebekan polisi Israel terhadap Masjid Al Aqsa dianggap oleh umat Islam sebagai sebuah provokasi besar.