Rabu 19 Apr 2023 08:30 WIB

AS Serukan Gencatan Senjata di Sudan

Militer dan RSF Sudan harus memastikan keselamatan warga sipil.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Asap mengepul di atas kota saat tentara dan paramiliter terlibat bentrok dalam perebutan kekuasaan, di Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023).
Foto: Instagram @lostshmi via REUTERS
Asap mengepul di atas kota saat tentara dan paramiliter terlibat bentrok dalam perebutan kekuasaan, di Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Washington menyerukan gencatan senjata segera untuk mengakhiri pertempuran di Sudan, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan pada hari Senin (17/4/2023), sambil memperingatkan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan Jenderal Hemedti bahwa mereka harus memastikan keselamatan warga sipil.

"Kami menyesalkan meningkatnya kekerasan di Khartoum dan tempat-tempat lain di Sudan," ujar seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS dalam sebuah pernyataan. "Kami menyerukan gencatan senjata segera tanpa syarat antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF)."

Militer Sudan dan paramiliter RSF telah bertempur sejak pecahnya kekerasan akhir pekan lalu untuk menguasai negara tersebut. PBB mengatakan lebih dari 180 orang telah terbunuh, dan hampir 2.000 orang terluka.

"Eskalasi yang berbahaya ini membahayakan kemajuan yang telah dicapai sampai saat ini dalam negosiasi untuk memulihkan transisi demokratis Sudan, dan hal ini merusak aspirasi rakyat Sudan," ujar pejabat NSC, sambil menambahkan bahwa rakyat Sudan ingin melihat diakhirinya pertempuran dan melihat Sudan yang demokratis.

Pejabat NSC tersebut mengatakan tidak ada solusi militer untuk krisis politik Sudan dan menyerukan kepada pasukan keamanan untuk segera meredakan ketegangan dan kembali ke pembicaraan tanpa prasyarat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement