REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pihak Kremlin di Moskow mengatakan, setiap keputusan Korea Selatan (Korsel) untuk memasok senjata ke Ukraina akan membuat Seoul menjadi peserta dalam konflik. Penegasan Kremlin yang disampaikan pada Rabu (19/4/2023) itu, setelah Presiden Korsel Yoon Suk Yeol membuka pintu untuk pengiriman senjata ke Ukraina tersebut.
Korea Selatan telah mengecam invasi Rusia ke Ukraina dan akan memasok bantuan ekonomi dan kemanusiaan ke Kiev, namun Seoul dianggap berbeda seperti Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa yang sejauh ini tidak mengirimkan senjata.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada hari Selasa menjelang kunjungan ke Washington, Yoon mengatakan Seoul akan mempertimbangkan untuk mempersenjatai Kiev jika terjadi serangan besar terhadap warga sipil Ukraina.
"Sayangnya, Seoul telah mengambil posisi yang tidak bersahabat dalam keseluruhan cerita ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers.
"Mereka akan mencoba menarik lebih banyak negara secara langsung ke dalam konflik ini. Namun tentu saja, dimulainya pengiriman senjata secara tidak langsung akan berarti tahap keterlibatan tertentu dalam konflik ini."
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, sekutu dekat Presiden Vladimir Putin yang sering memberikan komentar-komentar pedas mengenai kampanye militer Rusia di Ukraina, menyarankan Moskow untuk merespon dengan memasok persenjataan canggih ke Korea Utara.
"Saya ingin tahu apa yang akan dikatakan penduduk negara ini [Korea Selatan] ketika mereka melihat desain terbaru senjata Rusia di tangan tetangga terdekatnya - mitra kami dari DPRK [Korea Utara]?" Medvedev mengatakan dalam sebuah unggahan di Telegram.