REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Perdagangan China (Mofcom) membantah tuduhan melakukan ekspor pesawat nirawak atau drone ke beberapa daerah konflik di Ukraina. China sangat menentang Amerika Serikat dan beberapa media yang menyebarkan informasi palsu terkait ekspor drone China ke beberapa daerah konflik di Ukraina, demikian pernyataan Mofcom, Kamis (20/4/2023).
Menurut Mofcom, rumor tersebut mendiskreditkan beberapa perusahaan China. Terkait konflik Ukraina, Mofcom menyatakan China selalu berupaya mendukung penyelesaian secara politis dan mendorong pembicaraan damai kedua belah pihak.
"Kami tidak akan menyiram bahan bakar ke bara api, apalagi memanfaatkan kesempatan untuk mencari keuntungan," tegas Mofcom.
Mofcom sangat ketat mengendalikan ekspor drone sejak 2022, termasuk prosedur teknis ekspor disesuaikan dengan standar internasional. Sebelumnya Dji, produsen drone asal China, dituduh terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina. Perusahaan tersebut beberapa kali membantah tuduhan tersebut.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Wang Wenbin di Beijing, Jumat (21/4/2023), menegaskan bahwa kemitraan China-Rusia berdasarkan prinsip tidak beraliansi, tidak berkonfrontasi, tidak menargetkan negara ketiga, dan berkomitmen mengembangkan tipe kemitraan baru dengan banyak negara untuk saling percaya, saling menguntungkan, dan hidup berdampingan secara damai. Terkait dengan konflik Ukraina, menurut dia, China akan berperan konstruktif memfasilitasi penyelesaian secara politis.
"Kami menyerukan AS mempertanggungjawabkan sikapnya, menghentikan semua tindakan yang justru memperkeruh situasi, dan bekerja dengan komunitas internasional memfasilitasi penyelesaian politis," ujar Wang.
Pernyataan Wang tersebut untuk menanggapi pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen bahwa China bermitra tanpa batas dengan Rusia sehingga usulan penyelesaian secara politis terkait konflik Ukraina tidak serius.