Senin 24 Apr 2023 00:37 WIB

Seorang Warga AS Tewas di Tengah Konflik Militer di Sudan

Seorang warga negara Amerika tewas di tengah konflik di Sudan

Seorang warga negara Amerika tewas di tengah konflik militer untuk memperebutkan kekuasaan di Sudan, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Jumat (21/4/2023).
Foto: AP/Manuel Balce Ceneta
Seorang warga negara Amerika tewas di tengah konflik militer untuk memperebutkan kekuasaan di Sudan, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Jumat (21/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON  - Seorang warga negara Amerika tewas di tengah konflik militer untuk memperebutkan kekuasaan di Sudan, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Jumat (21/4/2023). Dia tidak menyebutkan identitas korban tetapi menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban.

Pada Kamis (20/4/2023), Pentagon mengatakan bahwa AS sedang mengirim pasukan ke wilayah tersebut menjelang kemungkinan penarikan diplomat AS dari Sudan. Namun, Kirby mengatakan bahwa AS belum bisa mengumpulkan semua diplomat mereka sebelum proses evakuasi.

"Proses itu belum selesai, tetapi saya tahu Duta Besar John Godfrey di sana bekerja sangat keras untuk memeriksa apakah dia bisa mempercepatnya," ujar Kirby.

"Saya pikir Anda dapat memahami bahwa ini tidak sesederhana masuk ke dalam taksi dan menuju kedutaan. Ini adalah situasi yang sangat berbahaya di Khartoum ketika pertempuran terus berlanjut," tutur dia.

Sedikitnya 413 korban tewas dan lebih dari 3.500 orang terluka sejak pertempuran meletus pada 15 April lalu antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di ibu kota Khartoum dan sekitarnya.

Upaya internasional dan regional sejauh ini gagal mengakhiri pertempuran antara tentara Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan dan RSF di bawah pimpinan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo.

Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat, yang oleh kekuatan politik disebut sebagai kudeta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement