REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Gelombang panas melanda sebagian besar Asia, termasuk Laos, Filipina, Burma, Malaysia, India, dan Bangladesh. Laporan PBB dan Palang Merah mengatakan, gelombang panas akan menjadi lebih sering, intens, dan mematikan karena perubahan iklim.
Gelombang panas bahkan bisa melampaui batas manusia, psikologis dan sosial di wilayah seperti Sahel, Tanduk Afrika dan Asia Selatan. Laporan tersebut mencatat bahwa membatasi pemanasan global rata-rata hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri dapat mengurangi jumlah orang yang terpapar gelombang panas ekstrem hingga 420 juta.
Sementara itu, dilaporkan La Prensa Latina, Sabtu (22/4/2023), menurut data dari Departemen Meteorologi, suhu di Thailand mencapai rekor tertinggi 45,4 derajat seminggu yang lalu di Provinsi Tak. Thailand mencatat, kenaikan suhu mencapai 45 derajat Celsius untuk pertama kalinya dalam sejarahnya. Gelombang panas telah membuat konsumsi listrik melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.
Gelombang panas tersebut terjadi akibat dampak tekanan rendah ditambah dengan fenomena El Nino, serta musim kemarau yang terjadi sepanjang April dan Mei. Indeks panas, yang merupakan suhu yang disesuaikan dengan faktor-faktor, seperti angin dingin dan kelembapan, mencapai 54 derajat Celsius.
Pihak berwenang Thailand pun meminta penduduk di beberapa provinsi, termasuk ibu kota Bangkok, untuk menghindari aktivitas di luar ruangan akibat gelombang panas hebat tersebut.