REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Angkatan bersenjata Inggris telah menyelesaikan evakuasi diplomat Inggris dan keluarga mereka dari Sudan, di tengah meningkatnya kekerasan dan ancaman yang signifikan terhadap staf kedutaan. Langkah tersebut mengikuti evakuasi serupa terhadap personel pemerintah Amerika Serikat dan diplomat Irak dari Ibu Kota Sudan, Khartoum.
"Saya menghargai komitmen para diplomat kami dan keberanian personel militer yang melakukan operasi sulit ini. Kami terus mengejar setiap jalan untuk mengakhiri pertumpahan darah di Sudan dan memastikan keamanan warga negara Inggris yang tersisa di negara itu," ujar Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dilaporkan Middle East Monitor, Ahad (23/4/2023).
Rishi mendesak para pihak yang bertikai di Sudan untuk meletakkan senjata, dan menerapkan gencatan senjata kemanusiaan untuk memastikan agar warga sipil dapat meninggalkan zona konflik. Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly juga menekankan bahwa keselamatan warga negara Inggris adalah prioritas utama. Dia menambahkan, Inggris berupaya untuk mendapatkan dukungan internasional untuk mengakhiri kekerasan di Sudan.
Bentrokan antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) terus berlanjut kendati gencatan senjata 72 jam diumumkan untuk hari raya Idul Fitri. Ada laporan ledakan dan pertempuran, khususnya di sekitar markas militer dan istana presiden di Khartoum pada Ahad (23/4/2023).