REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Hanya dalam dua dekade, Turki telah membuat langkah signifikan dalam industri pertahanan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan pada Ahad (23/4/2023), negara itu mengurangi ketergantungan asingnya dari 80 persen menjadi 20 persen.
Erdogan menyoroti tujuan Turki untuk sepenuhnya mandiri dalam industri pertahanan. Pernyataan ini ditegaskan dalam upacara pengiriman tank Altay baru ke Angkatan Bersenjata Turki untuk pengujian di provinsi Sakarya barat laut.
“Kami telah mengurangi ketergantungan asing dalam industri pertahanan dari sekitar 80 persen menjadi sekitar 20 persen dalam waktu singkat selama 20 tahun. Jumlah proyek pertahanan, yang hanya 62 pada 2002, kini telah melampaui 750,” kata Erdogan dikutip dari Anadolu Agency.
Pemimpin Turki itu mengatakan, total anggaran Turki untuk proyek pertahanan adalah 5,5 miliar dolar AS pada 2002. Sekarang pos anggaran yang sama telah mencapai volume proyek 75 miliar dolar AS, termasuk yang sedang dalam proses penawaran.
Erdogan menekankan bahwa di balik setiap produk yang dikembangkan di industri pertahanan terletak upaya bertahun-tahun. Proses ini didukung dengan kesabaran, kerja keras, dan kekuatan finansial.
"Beginilah setiap UCAV (kendaraan udara tempur tak berawak) kami yang menonjol di seluruh dunia saat ini dan kendaraan darat lapis baja, kapal perang, fregat, dan rudal kami, serta sistem lain, yang sangat dikagumi, telah muncul," kata Erdogan.
Turki telah menjadi negara pemasok untuk industri pertahanan. Produk Ankara digunakan oleh banyak tentara dari berbagai dunia.