Selasa 25 Apr 2023 15:16 WIB

Sekjen PBB: Ketegangan Global dalam Titik Tertinggi

Dunia berada pada posisi yang mungkin lebih berbahaya daripada selama Perang Dingin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan pada Senin (24/4/2023), bahwa risiko konflik antara kekuatan global berada pada puncak sejarah.
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan pada Senin (24/4/2023), bahwa risiko konflik antara kekuatan global berada pada puncak sejarah.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan pada Senin (24/4/2023), bahwa risiko konflik antara kekuatan global berada pada puncak sejarah. Sedangkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan dunia berada pada ambang batas, bahkan mungkin lebih berbahaya daripada selama Perang Dingin.

Guterres yang duduk di sebelah Lavrov di Dewan Keamanan PBB mengkritik invasi Rusia ke Ukraina. Serangan itu menyebabkan penderitaan dan kehancuran besar-besaran di Ukraina dan memicu dislokasi ekonomi global yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

"Ketegangan antara negara-negara besar berada pada titik tertinggi dalam sejarah. Begitu juga risiko konflik, melalui salah jalan atau salah perhitungan," kata Guterres pada pertemuan badan beranggotakan 15 perwakilan tentang multilateralisme dan pendirian Piagam PBB.

Lavrov memimpin rapat DK karena Rusia memegang jabatan presiden bergilir bulanan untuk April. "Seperti selama Perang Dingin, kita telah mencapai ambang yang berbahaya, bahkan mungkin lebih berbahaya. Situasinya diperparah dengan hilangnya kepercayaan pada multilateralisme," kata Lavrov.

"Tidak ada yang mengizinkan minoritas Barat untuk berbicara atas nama seluruh umat manusia," kata Lavrov.

Serangkaian anggota DK, termasuk Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Inggris, mengutuk Rusia atas perangnya di Ukraina. "Pemimpin munafik kita hari ini, Rusia, menginvasi tetangganya Ukraina dan menyerang jantung Piagam PBB," Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield dalam pertemuan tersebut.

"Perang ilegal, tidak beralasan, dan tidak perlu ini bertentangan langsung dengan prinsip kami yang paling suci: bahwa perang agresi dan penaklukan wilayah tidak pernah dapat diterima," kata Thomas-Greenfield.

Thomas-Greenfield juga menuduh Rusia melanggar hukum internasional dengan menahan warga AS secara salah. Dia menyerukan pembebasan reporter Wall Street Journal Evan Gershkovich dan mantan Marinir Paul Whelan. Adik perempuan Whelan, Elizabeth, berada di ruang DK dalam pertemuan itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement