REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisaris Pertanian Uni Eropa (UE) Janusz Wojciechowski mengatakan pada Selasa (25/4/2023), blok itu memberikan hak kepada lima negara anggota di wilayah timur untuk sementara waktu melarang produk dari Ukraina. Keputusan ini untuk mengakhiri kebuntuan internal atas melimpahnya impor pertanian Ukraina yang tidak stabil.
“Saya dapat melihat bahwa semuanya menunjukkan bahwa keputusan ini akan disetujui oleh negara-negara anggota, oleh Dewan (Eropa) dalam semangat solidaritas,” kata Wojciechowski.
Wojciechowski mengumumkan hasil tersebut setelah pembicaraan seharian di antara 27 menteri pertanian UE. UE akhirnya mengizinkan Polandia, Hungaria, Slovakia, Bulgaria dan Rumania melakukan larangan impor sementara.
Larangan ini berlaku untuk lima produk pertanian yang merupakan ekspor besar-besaran dari Ukraina, gandum, jagung, rapeseed, biji bunga matahari, dan minyak bunga matahari. Ekspor ini telah membanjiri pasar negara-negara tersebut selama perang.
"Kami sangat dekat dengan kesepakatan akhir," kata Wojciechowski tanpa merinci masalah apa yang masih tersisa di atas meja.
Blok berisikan 27 negara mencabut pembatasan impor pertanian Ukraina tahun lalu untuk membantu negara itu mengirimkan produksi biji-bijian ke dunia dan mengatasi penyumbatan Laut Hitam oleh Rusia. Kondisi itu membuat beberapa negara timur dibanjiri impor produk Ukraina di pasar lokal.
“Kami sepenuhnya memahami bahwa lima negara anggota ini meminta untuk memperkenalkan langkah-langkah terhadap kelebihan pasokan produk dari Ukraina, karena hal itu menimbulkan banyak masalah bagi para petani di negara-negara garis depan ini,” kata komisaris tersebut.
Untuk melindungi petani lokal, lima negara tersebut secara sepihak memberlakukan larangan impor Ukraina untuk pasar nasionalnya. Tindakan ini bertentangan dengan prinsip bahwa UE menetapkan kebijakan perdagangan untuk semua 27 negara. Keputusan kontroversi ini juga memberi kesan bahwa blok tersebut berperang secara internal alih-alih menghadapi Rusia secara bersama-sama.
Melalui rencana Komisi Eropa, UE pada dasarnya akan menerima larangan atas lima produk utama yang merupakan 90 persen dari impor. Namun, UE akan menolak permintaan untuk juga memasukkan madu, gula, unggas dan beberapa produk sekunder lainnya.
“Kami membutuhkan solidaritas bersama dan pendirian kami di pasar harus menjadi kesamaan,” kata Menteri Pertanian Prancis Marc Fesneau.
Setelah blokade Rusia tahun lalu mencegah pengiriman meninggalkan pelabuhan Laut Hitam Ukraina, UE mencabut bea atas biji-bijian Ukraina. Aliansi ini memfasilitasi pengangkutannya ke Afrika dan Timur Tengah melalui rute lain. UE juga menawarkan untuk membayar sejumlah kompensasi kepada petani di negara transit.
Akibat keputusan itu, Polandia menghadapi impor gandum naik dari 2.375 ton pada 2021 menjadi 500.008 ton tahun lalu. Jagung naik dari 5.863 ton menjadi lebih dari 1,8 juta pada periode yang sama. Peningkatan besar serupa juga terlihat di Hungaria, Slovakia, dan Rumania.
Pekan lalu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menulis surat kepada para pemimpin dari lima negara dengan serangkaian proposal. "Menanggapi secara khusus keprihatinan negara anggota garis depan dan pemangku kepentingan, termasuk petani, dan akan memungkinkan kami untuk bereaksi lebih cepat lagi di masa depan," katanya.
Proposal Komisi Eropa juga didasarkan pada paket dukungan awal sebesar 56,3 juta euro untuk petani yang paling terkena dampak di negara-negara garis depan. Kemungkinan paket kedua sebesar 100 juta euro akan digelontorkan.