REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Presiden Cina Xi Jinping akhirnya melakukan percakapan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Rabu (26/4/2023). Itu menjadi perbincangan perdana mereka sejak Rusia menyerang Ukraina pada Februari 2021.
“Saya melakukan panggilan telepon yang panjang dan bermakna dengan Presiden Xi Jinping. Saya percaya panggilan (telepon) ini, serta penunjukan duta besar Ukraina untuk Cina, akan memberikan dorongan yang kuat bagi perkembangan hubungan bilateral kita,” tulis Zelenskyy di akun Twitter-nya.
Zelenskyy tak menerangkan secara mendetail tentang hal apa saja yang dibahasnya dengan Xi Jinping. Sementara itu, juru bicara kepresidenan Ukraina Sergiy Nykyforov menyebut, Zelenskyy dan Xi melakukan percakapan telepon selama hampir satu jam.
China Central Television (CCTV) mengungkapkan, dalam percakapan dengan Zelenskyy, salah satu isu utama yang dibahas Xi adalah tentang krisis Ukraina. Xi menekankan kepada Zelenskyy bahwa pembicaraan dan negosiasi adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri peperangan.
“Mengenai masalah krisis Ukraina, Cina selalu berdiri di sisi perdamaian dan posisi intinya adalah untuk mempromosikan pembicaraan damai,” kata CCTV mengutip pernyataan Xi.
Xi pun meyakinkan Zelenskyy bahwa Cina tidak akan berusaha memperpanas konfrontasi, apalagi memanfaatkan krisis Ukraina untuk memperoleh keuntungan tertentu.
“Ketika berhadapan dengan masalah nuklir, semua pihak yang berkepentingan harus tetap tenang dan menahan diri, benar-benar fokus pada masa depan dan nasib mereka sendiri dan seluruh umat manusia, serta bersama-sama mengelola dan mengendalikan krisis,” ucap Xi.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Associated Press yang dipublikasikan 29 Maret, Zelenskyy menyampaikan bahwa dia telah mengundang Xi Jinping untuk berkunjung ke Kiev. Zelenskyy mengaku ingin berdialog dengan pemimpin Negeri Tirai Bambu tersebut. Hal itu disampaikan setelah Xi melakukan kunjungan ke Rusia pada 20-21 Maret.
“Kami siap untuk melihatnya (Xi) di sini. Saya ingin berbicara dengannya. Saya memiliki kontak dengannya sebelum perang skala penuh. Tapi sepanjang tahun ini, lebih dari satu tahun (setelah konflik), saya tak punya (kontak),” kata Zelenskyy saat diwawancara Associated Press.
Sebelumnya Zelensky telah menyampaikan bahwa negaranya sudah mengundang Cina untuk mendiskusikan formula perdamaian guna mengakhiri konflik dengan Rusia. “Kami menawarkan Cina untuk menjadi mitra dalam implementasi formula perdamaian. Kami melewati formula kami di semua saluran. Kami mengundang Anda untuk berdialog. Kami menunggu jawaban Anda,” kata Zelenskyy, 21 Maret lalu.
Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari lalu, Cina merilis dokumen bertajuk merilis dokumen bertajuk China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.
Dua belas poin tersebut, yakni menghormati kedaulatan semua negara, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, menghentikan permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, menyelesaikan krisis kemanusiaan, melindungi warga sipil dan tahanan perang, menjaga keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, mengurangi risiko strategis seperti penggunaan senjata nuklir dan senjata kimia, memfasilitasi ekspor gandum, menghentikan sanksi sepihak, menjaga stabilitas industri dan rantai pasok, serta mempromosikan rekonstruksi pasca-konflik.