REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ia dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sepakat memperdalam kerja sama ekonomi, perdagangan dan pertanian. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah upacara yang memperingati pengiriman bahan bakar nuklir ke pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki, Kamis (27/4/2023).
Pembangkit listrik tenaga nuklir Turki tersebut dibangun oleh Rusia. Putin mengatakan kedua negara sedang bekerja sama dalam inisiatif Erdogan untuk mengirim tepung yang terbuat dari biji-bijian Rusia ke negara-negara yang membutuhkannya.
Hal ini disampaikan setelah Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan, Rusia mengetahui pembicaraan telepon antara Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Menurut Peskov, Moskow turut mengetahui detail perbincangan antara kedua tokoh tersebut.
“Mengenai fakta bahwa mereka (Xi Jinping dan Zelensky) berkomunikasi, itu adalah masalah kedaulatan masing-masing negara dan masalah dialog bilateral mereka,” kata Peskov.
Tanpa mengungkap tentang apa yang diketahui Rusia dari perbincangan Xi dan Zelensky, Peskov menyampaikan bahwa Moskow terbuka untuk segera mengakhiri konflik di Ukraina. “Kami siap menyambut apa pun yang dapat mempercepat akhir konflik di Ukraina, dan Rusia mencapai semua tujuan yang telah ditetapkannya sendiri,” ujarnya.
Stasiun televisi Cina CCTV melaporkan dalam percakapan dengan Zelensky, salah satu isu utama yang dibahas Xi adalah tentang krisis Ukraina. Xi menekankan kepada Zelensky bahwa pembicaraan dan negosiasi adalah satu-satunya jalan mengakhiri peperangan.
“Mengenai masalah krisis Ukraina, Cina selalu berdiri di sisi perdamaian dan posisi intinya adalah untuk mempromosikan pembicaraan damai,” kata CCTV mengutip pernyataan Xi.