REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN – Dinas Keamanan dan Intelijen Denmark mencurigai Rusia akan melakukan perekrutan warga sipil, jurnalis, serta pebisnis untuk memata-matai negara tersebut. Moskow dinilai membutuhkan pasokan informasi sejak diplomat-diplomatnya diusir oleh Denmark tahun lalu karena dicurigai melakukan spionase.
Dinas Keamanan dan Intelijen Denmark mengungkapkan, sejak melancarkan serangan ke Ukraina pada Februari 2022, kebutuhan informasi intelijen Rusia di negara-negara anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meningkat. Mereka menilai, Denmark menjadi salah satu negara yang dibidik informasi intelijennya oleh Moskow.
Hal itu karena Denmark mengontrol pintu masuk ke Laut Baltik. Dengan demikian, Denmark bakal memainkan peran strategis dalam potensi konflik militer dengan Rusia sebagai titik transit bala bantuan NATO. “Kebutuhan Rusia untuk mendapatkan informasi di Denmark telah meningkat. Oleh karena itu Dinas Keamanan dan Intelijen Denmark mempunyai dugaan Rusia akan mencoba menggunakan cara lain untuk memata-matai di Denmark," kata Dinas Keamanan dan Intelijen Denmark, Selasa (2/5/2023).
“Bisa jadi (Rusia) menempatkan petugas intelijen di Denmark di luar perwakilan diplomatik, misalnya sebagai jurnalis atau pebisnis, menggunakan petugas intelijen yang berkunjung atau bahwa dinas intelijen Rusia lebih banyak merekrut sumber Denmark mana pun di Rusia atau di negara ketiga,” tambah Dinas Keamanan dan Intelijen Denmark.
Mereka menduga, metode lain akan mencakup berbagai bentuk pengumpulan intelijen elektronik dan spionase dunia maya. Bulan lalu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak NATO untuk segera merangkul negaranya sebagai anggota resmi blok tersebut. Hal itu disampaikan ketika Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg melakukan kunjungan perdana ke Kiev sejak dimulainya konflik dengan Rusia pada Februari 2022 lalu.
Zelensky mengatakan, KTT NATO yang diagendakan digelar di Lithuania pada Juli mendatang bisa menjadi momen bersejarah jika Ukraina menerima undangan resmi untuk bergabung dengan aliansi tersebut. “Sudah waktunya untuk mengambil keputusan yang tepat,” ujarnya dalam konferensi pers bersama Stoltenberg, 20 April lalu, dikutip laman The Moscow Times.
Pada kesempatan itu, Zelensky meminta bantuan NATO untuk “mengatasi” keengganan beberapa negara anggotanya menyuplai roket jarak jauh, jet tempur modern, dan kendaraan lapis baja ke Ukraina. Stoltenberg mengisyaratkan akan memenuhi semua permintaan Zelensky. “Masa depan Ukraina ada di NATO, semua sekutu setuju akan hal itu. Pada saat yang sama, fokus utama aliansi atau sekutu sekarang adalah memastikan bahwa Ukraina menang (melawan Rusia),” kata Stoltenberg.
Stoltenberg memastikan bahwa isu keanggotaan Ukraina akan menjadi agenda utama dalam pembahasan KTT NATO pada Juli mendatang. “NATO akan mendukung Anda hari ini, besok, dan selama yang dibutuhkan,” ujarnya.