REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) dalang dari serangan drone ke Kremlin. Moskow mengatakan serangan itu dimaksudkan untuk membunuh Presiden Vladimir Putin.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Washington seharusnya menyadari Rusia mengetahui AS yang memilih targetnya. Ukraina hanya mengimplementasikan rencana AS. Ia tidak memberikan bukti yang mendukung klaim tersebut.
Ukraina membantah terlibat dalam insiden yang terjadi pada Rabu (3/5/2023) dini hari. Sebuah video memperlihatkan dua objek terbang mendekati Kremlin dan salah satunya meledak dengan cahaya yang menyilaukan.
"Upaya untuk menyangkal ini, baik dari Kiev maupun Washington, tentu sangat konyol, kami sangat tahu keputusan mengenai aksi semacam ini, serangan teroris, tidak diambil di Kiev tapi di Washington," kata Peskov, Kamis (4/5/2023).
Ia menuduh AS kerap memilih target serangan Ukraina, dan bertujuan untuk menyerang Rusia. "Ini juga sering kali didikte dari seberang samudera, kami sangat mengetahuinya dan menyadarinya, di Washington mereka jelas memahami mereka mengetahui ini," katanya.
Kremlin mengatakan mereka memiliki hak untuk membalas tapi tidak mengungkapkan akan membalasnya dalam bentuk apa. Peskov mengatakan Rusia memiliki berapa opsi dan ketika sudah waktunya untuk membalas, akan dipertimbangkan dan diseimbangkan dengan hati-hati.
Ia mengatakan penyelidikan darurat sedang dilakukan, tapi tidak mengatakan kapan hasilnya akan diketahui.