Jumat 05 May 2023 13:48 WIB

Biden Kirim Penasihat Utamanya untuk Bertemu dengan Putra Mahkota Saudi

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih akan berkunjung ke Saudi pada 6 Mei 2023.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada Sabtu (6/5/2023).
Foto: AP/Andrew Harnik
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada Sabtu (6/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Joe Biden mengirim salah satu penasihat utamanya ke Arab Saudi untuk bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, pemimpin de facto kerajaan yang kaya akan minyak tersebut, pada akhir pekan ini.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan pada Kamis (4/5/2023), bahwa ia akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada Sabtu (6/5/2023). Perjalananya ini untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Arab Saudi dan juga akan bertemu dengan mitranya dari Uni Emirat Arab dan India selama kunjungannya.

Baca Juga

Sullivan mengatakan bahwa ia akan mendiskusikan area-area kerja sama baru antara New Delhi dan Negara Teluk, serta Amerika Serikat dan seluruh kawasan ini. India dan UEA tahun lalu menandatangani sebuah kemitraan ekonomi komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara.

Sullivan diperkirakan akan bertemu dengan putra mahkota, yang sering disebut dengan inisial MBS, selama kunjungan tersebut, menurut seseorang yang mengetahui rencana perjalanan Sullivan yang tidak berwenang untuk mendiskusikan elemen tersebut di depan umum.

Sullivan berbicara melalui telepon dengan MBS bulan lalu di tengah tanda-tanda bahwa Saudi dan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman membuat kemajuan yang luar biasa untuk mengakhiri konflik sembilan tahun mereka.

Dia mengatakan bahwa perang Yaman akan menjadi topik pembicaraan yang signifikan selama kunjungannya ke Saudi.

Rencana kunjungan Sullivan adalah tanda terbaru dari hubungan yang menghangat antara kerajaan Saudi dan pemerintahan Biden. Hubungannya keduanya telah tegang akibat kritik Biden terhadap catatan hak asasi manusia dan kebijakan minyak Arab Saudi.

Oktober lalu, setelah aliansi OPEC+ memangkas produksi minyak, Biden mengatakan akan ada konsekuensi bagi kerajaan, yang merupakan anggota utama. Pemerintah melihat pemangkasan produksi minyak - yang mendongkrak harga minyak - sebagai pelunak pukulan finansial pada anggota OPEC+ lainnya, Rusia, yang disebabkan oleh sanksi-sanksi AS dan Barat yang dijatuhkan pada Moskow atas perangnya di Ukraina.

Sullivan berbicara mengenai rencana-rencananya dalam sebuah pidato yang luas mengenai kebijakan Timur Tengah pemerintahan Biden di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Washington Institute for Near East Policy.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement