REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA – Provinsi Alberta di Kanada telah mengumumkan keadaan darurat pada Sabtu (6/5/2023). Hal itu merespons kebakaran hutan yang kian meluas dan memaksa 25 ribu warga di provinsi tersebut mengungsi. Krisis semacam itu disebut belum pernah terjadi sebelumnya.
"Kami telah mengumumkan keadaan darurat provinsi untuk melindungi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan warga Alberta," kata Perdana Menteri Alberta Danielle Smith dalam konferensi pers setelah pertemuan komite manajemen darurat pemerintahnya.
Dia menjelaskan, deklarasi keadaan darurat memberi pemerintahan Alberta kekuatan lebih besar untuk menanggapi situasi ekstrem. Hal itu termasuk memobilisasi sumber daya tambahan dan membuka dana darurat. Ribuan warga Alberta yang belum mengungsi diminta bersiap-siap pergi. Sebab titik api karena faktor embusan angin kencang telah bertambah menjadi 110. Sepertiga dari kobaran api terdaftar sebagai “di luar kendali”.
Danielle Smith mengungkapkan, Alberta telah mengalami musim semi yang panas dan kering. Menurutnya, dalam kondisi seperti itu hanya diperlukan beberapa percikan api untuk membakar kayu-kayu kering dan kemudian memicu kebakaran hutan yang meluas. “Kondisi ini mengakibatkan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dihadapi provinsi kami hari ini,” ucapnya.
Menurut Smith, lebih dari 20 komunitas telah dievakuasi dan setidaknya 122 ribu hektare hutan telah terbakar sejauh ini. Menteri Kesiapsiagaan Darurat Kanada Bill Blair mengatakan pemerintah pusat siap memberikan bantuan federal kepada Alberta jika diperlukan.
Hampir seluruh wilayah Alberta dan provinsi tetangganya Saskatchewan serta sebagian besar Wilayah Barat Laut menghadapi risiko kebakaran ekstrem. Dalam beberapa tahun terakhir, Kanada bagian barat berulang kali dilanda cuaca ekstrem. Intensitas dan frekuensinya meningkat akibat pemanasan global.
Kebakaran hutan di wilayah pasir minyak Kanada pada tahun 2016 mengganggu produksi dan memaksa 100 ribu penduduk pergi dari Fort McMurray. Peristiwa itu memukul perekonomian Kanada. Kemudian pada 2021, provinsi British Columbia paling barat mengalami rekor suhu tertinggi selama musim panas yang menewaskan lebih dari 500 orang. Peningkatan suhu ekstrem kala itu juga memicu kebakaran hutan yang menghancurkan seluruh kota.