Rabu 10 May 2023 12:17 WIB

Uni Emirat Arab Kutuk Serangan Israel di Gaza

Serangan di Gaza pada Selasa telah menewaskan 13 warga Palestina.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Fire burns at an apartment of an Islamic Jihad commander for northern Gaza, following Israeli airstrikes in Gaza City, early Tuesday, May 9, 2023. Israeli aircraft conducted strikes on Islamic Jihad targets in the Gaza Strip, the Israeli military said. The Palestinian Health Ministry said a number of people were killed and injured in the airstrikes.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Fire burns at an apartment of an Islamic Jihad commander for northern Gaza, following Israeli airstrikes in Gaza City, early Tuesday, May 9, 2023. Israeli aircraft conducted strikes on Islamic Jihad targets in the Gaza Strip, the Israeli military said. The Palestinian Health Ministry said a number of people were killed and injured in the airstrikes.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UEA) mengutuk serangan Israel di Jalur Gaza pada Selasa (9/5/2023), di mana sejumlah warga Palestina terbunuh atau terluka, demikian dilaporkan Emirates News Agency.

Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Emirat mendesak pihak berwenang Israel untuk menghentikan eskalasi kekerasan dan menghindari peningkatan ketegangan dan ketidakstabilan yang semakin meningkat di wilayah tersebut.

Baca Juga

Serangan di Gaza pada Selasa telah menewaskan 13 warga Palestina, dimana 10 orang di antaranya warga sipil. Aksi Israel tersebut dilancarkan melalui udara Israel di Gaza pada Selasa lalu memicu kemarahan dan kecaman luas di Tepi Barat.

Aksi mogok massal dilakukan di kota Arraba, dekat Jenin, sebagai bentuk protes atas pembunuhan tiga pemimpin Jihad Islam di Gaza dan keluarganya. Arraba adalah tempat kelahiran Tariq Ezz El-Din, salah satu komandan yang terbunuh dalam serangan tersebut.

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh memerintahkan pengiriman bantuan medis segera ke Jalur Gaza, sementara Kementerian Luar Negeri Palestina menyerukan intervensi internasional untuk menekan Israel agar berhenti menarget warga Palestina.

Shtayyeh mengatakan agresi terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza adalah terorisme negara yang terorganisir. Serangan itu upaya untuk mengekspor krisis internal yang dihadapi pemerintah ekstremis Israel, dan terjemahan praktis dari doktrin pembunuhan, pembakaran dan genosida, yang telah lama dianut oleh mereka yang berkuasa di Israel.

"Agresi terhadap jalur tersebut merupakan perpanjangan dari bencana yang menimpa rakyat kami pada tahun 1948, dan agresi yang terus menerus terhadap kota-kota, desa-desa, dan kamp-kamp di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki, dan yang terakhir adalah penyerbuan ke kota Nablus," kata Shtayyeh

Shtayyeh menggambarkan penyerbuan tersebut sebagai bagian dari kebijakan sistematis yang bertujuan untuk meneror rakyat Palestina agar mereka tidak melanjutkan perjuangan mereka untuk mendapatkan hak-hak mereka yang sah. Dan hak yang paling utama adalah hak untuk menentukan nasib sendiri dan mendirikan negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.

Dia menyerukan kepada PBB, yang sedang mempersiapkan peringatan 75 tahun Nakba untuk pertama kalinya dalam sejarahnya, untuk mengutuk agresi terhadap Gaza. Dan memberi pemahaman yang sama atas pembantaian yang terus menerus terhadap rakyat Palestina, dalam menangani kejahatan yang dilakukan oleh para pemimpin Israel, dan tidak membiarkan mereka lolos dari hukuman.

Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Partai Inisiatif Nasional Palestina, mengatakan kepada Arab News bahwa pembunuhan di Gaza akan mengarah pada eskalasi perlawanan di Tepi Barat.

"Tanggapan Jihad Islam tidak akan terbatas pada Israel di Jalur Gaza, tetapi mungkin termasuk Tepi Barat, Yerusalem dan tempat-tempat lain seperti Libanon dan Suriah," katanya, seraya menambahkan bahwa Hamas akan mengambil bagian dalam tanggapan tersebut melalui apa yang disebut sebagai ruang operasi gabungan di Gaza.

Barghouti mengatakan bahwa Israel bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk perlawanan Palestina, baik di Jalur Gaza maupun Tepi Barat. "Pemerintah sayap kanan ekstrem berusaha menciptakan situasi Palestina yang memungkinkan Israel untuk melanjutkan proyek Yahudisasi dan mencaplok tanah Palestina tanpa perlawanan," tambahnya.

Sumber-sumber Palestina mengatakan kepada Arab News bahwa kekerasan oleh Israel yang meningkat terhadap warga sipil Palestina, dapat menyebabkan eskalasi ketegangan di Tepi Barat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement