REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kantor berita Rusia, Tass melaporkan Armenia dan Azerbaijan saling menyalahkan atas baku tembak di perbatasan yang melukai tiga orang. Bentrokan tersebut terjadi pada Kamis (11/5/2023).
Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan pasukan Azerbaijan menembaki posisi pasukannya di wilayah perbatasan Gegharkunik. Armenia mengatakan serangan yang menggunakan artileri dan mortir tersebut melukai dua orang pasukannya.
Sementara Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan posisi mereka ditembaki lebih dulu. Satu orang pasukannya terluka.
Pada Selasa (9/5/2023) lalu Uni Eropa mengatakan pemimpin Armenia dan Azerbaijan akan bertemu di Brussels pekan depan. Langkah terbaru untuk mengamankan perdamaian jangka panjang dan menyelesaikan perselisihan mengenai wilayah Nagorno-Karabakh.
Pertemuan pada 14 Mei ini akan dihadiri Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev. Setelah pertemuan menteri luar negeri dua negara mendorong Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyarankan terobosan untuk menyelesaikan sengketa secepat mungkin.
Di situsnya Dewan Uni Eropa mengatakan pertemuan tiga pihak dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel akan digelar di kantor pusat Uni Eropa. Armenia dan Azerbaijan berperang dua kali selama 30 tahun dalam memperebutkan Nagorno-Karabakh.
Masyarakat internasional mengakui wilayah itu bagian dari Azerbaijan tapi sebagian besar dihuni etnis Armenia. Dalam konflik yang berlangsung selama enam hari pada tahun 2020 yang berakhir dengan gencatan senjata, Azerbaijan memulihkan sebagian wilayahnya yang hilang di perang pertama sejak Uni Soviet ambruk. Bentrokan di perbatasan kerap terjadi antara kedua belah pihak.
Pashinyan dan Aliyev sudah menggelar beberapa kali pertemuan yang biasanya digelar Uni Eropa atau Rusia. Tapi gagal mengatasi perbedaan termasuk garis perbatasan dan akses ke wilayah masing-masing.
Dalam pengumuman terbarunya Uni Eropa mengatakan dua pemimpin itu juga akan bertemu di Moldova pada 1 Juni. Selama pertemuan pembangunan yang disponsori Uni Eropa dan dihadiri Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz.