REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia berharap dapat memperdalam dan memperluas kemitraannya dengan Turki terlepas dari siapa pun yang memenangkan pemilihan presiden (pilpres) di negara tersebut. Pilpres Turki dipastikan memasuki putaran kedua setelah pejawat Recep Tayyip Erdogan dan lawan utamanya Kemal Kilicdaroglu sama-sama gagal mengamankan 50 persen suara.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan Rusia mengikuti dan memperhatikan perkembangan pilpres dan pemilu parlemen Turki. “Kami menghormati dan akan menghormati pilihan rakyat Turki. Tapi bagaimanapun juga, kami berharap kerja sama kami akan berlanjut, semakin dalam, dan berkembang,” ujar Peskov, Senin (15/5/2023).
Peskov menyoroti semua aspek kerja sama yang saling menguntungkan antara Moskow dan Ankara seperti di bidang energi, pariwisata, perdagangan, pertanian, serta transportasi. Terkait penyelenggaraan pemilu, Peskov meyakini Turki menyelenggarakannya secara jujur dan adil.
“Turki adalah negara demokrasi maju, negara berdaulat yang kuat, yang tentu saja mampu mengadakan pemilihan yang transparan dan demokratis serta mencegah tindakan ilegal apa pun. Kami tidak ragu tentang itu,” ucap Peskov.
Pilpres Turki dipastikan berlanjut ke putaran kedua. Sebab baik Recep Tayyip Erdogan maupun pesaing utamanya, yakni pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu, tak memperoleh suara di atas 50 persen. Erdogan menghimpun 49,51 persen suara, sedangkan Kilicdaroglu memperoleh 44,88 persen suara. Putaran kedua pilpres bakal digelar pada 28 Mei mendatang.
Pekan lalu Kilicdaroglu mengatakan, partainya, yakni Partai Rakyat Republik (CHP), memiliki bukti konkret tentang intervensi Rusia menjelang pilpres di negara tersebut yang digelar pada 14 Mei 2023. “Kepada teman-teman Rusia, Anda berada di balik montase, konspirasi, konten deep fake, dan rekaman yang diekspose di negara ini kemarin. Jika Anda ingin persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei, singkirkan tangan Anda dari negara Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan,” tulis Kilicdaroglu lewat akun Twitter pribadinya, Jumat (12/5/2023).
Kilicdaroglu mengungkapkan, jika tidak memiliki bukti, dia tak akan membuat cicitan tersebut di Twitter-nya. “Kami merasa tidak dapat menerima jika negara lain ikut campur dalam proses pemilu Turki untuk mendukung partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat kicauan ini secara terbuka melalui tweet,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Kilicdaroglu tak menjelaskan lebih detail tentang konten deep fake yang disebutnya didalangi Rusia. Moskow kemudian segera membantah tuduhan Kilicdaroglu. "Kami sangat menolak pernyataan seperti itu, kami secara resmi menyatakan tidak ada campur tangan. Jika seseorang memberikan informasi seperti itu kepada Tuan Kilicdaroglu, maka mereka pembohong, hanya itu yang bisa saya katakan," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media, Jumat pekan lalu lalu, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Dia mengungkapkan, secara umum, Rusia sangat menghargai hubungan bilateral dengan Turki. Sebab sejauh ini Turki telah mengambil posisi sangat bertanggung jawab, berdaulat, dan bijaksana dalam berbagai masalah regional serta global yang dihadapi Moskow. “Dan posisi (Turki) ini sangat kami sukai. Sebagai negara yang menghargai hubungan bilateral, ia akan memastikan tidak melakukan apa pun yang menentang mitranya," ujar Peskov.