REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memeriksa satelit mata-mata militer yang telah selesai dibuat, yang diperkirakan akan segera diluncurkan oleh negaranya dalam waktu dekat. Hal ini terungkap dalam sebuah kunjungan Kim Jong Un ke badan kedirgantaraan negara itu, di mana ia menggambarkan pengintaian berbasis ruang angkasa sebagai sesuatu yang penting untuk melawan Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Kim dalam kunjungan Selasa (16/5/2023) menyetujui rencana aksi masa depan, yang tidak disebutkan dalam persiapan untuk meluncurkan satelit, kata Kantor Berita Pusat Korea Utara pada Rabu (17/5/2023). Korea Utara belum mengungkapkan target tanggal peluncuran satelitnya, yang menurut beberapa analis mungkin akan dilakukan dalam beberapa minggu ke depan.
Peluncuran tersebut akan menggunakan teknologi rudal jarak jauh yang dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan PBB sebelumnya. Meskipun dalam uji coba rudal dan roket, negara ini telah menunjukkan kemampuan untuk mengirimkan satelit ke luar angkasa. Namun, ada lebih banyak pertanyaan tentang kemampuan satelit tersebut.
Beberapa analis Korea Selatan mengatakan bahwa satelit yang ditampilkan dalam foto-foto media pemerintah Korea Utara tampak terlalu kecil dan dirancang secara kasar untuk mendukung citra beresolusi tinggi. Foto-foto yang dirilis media Korea Utara dari peluncuran rudal di masa lalu beresolusi rendah.
Kantor Berita Korea Utara, KCNA mengatakan satelit tersebut akan siap dimuat ke dalam roket, setelah para ilmuwan memeriksa perakitan perangkat tersebut dan melakukan pengujian untuk memastikan apakah satelit tersebut dapat bertahan di lingkungan luar angkasa.
Foto-foto yang dirilis oleh surat kabar Rodong Sinmun tentang kunjungan hari Selasa menunjukkan Kim dan putrinya - yang mengenakan jas lab putih - berbicara dengan para ilmuwan di dekat sebuah objek yang tampak seperti komponen utama satelit. Surat kabar itu tidak mengidentifikasi objek tersebut, yang dikelilingi oleh pita merah.
Kunjungan Kim tersebut merupakan penampilan pertama Kim di depan publik dalam waktu sekitar satu bulan, setelah kunjungan sebelumnya ke pusat kedirgantaraan pada tanggal 18 April lalu. Saat itu media pemerintah mengumumkan bahwa satelit tersebut telah selesai dibangun.
Kim mengatakan mendapatkan satelit mata-mata akan sangat penting bagi upayanya untuk meningkatkan pertahanan negara. "Karena, imperialis AS dan penjahat boneka Korea Selatan meningkatkan langkah konfrontatif mereka terhadap Korea Utara," kata KCNA.
Dia tampaknya mengacu pada perluasan latihan militer gabungan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan. Dan upaya sekutu dalam memperkuat strategi penangkalan nuklir mereka untuk mengatasi ancaman dari Korea Utara, yang telah melakukan uji coba sekitar 100 rudal sejak awal 2022.
Langkah selanjutnya dalam persiapan peluncuran Korea Utara, atau yang disebutkan media pemerintah \"rencana aksi masa depan\", \"dapat berupa pemasangan satelit pada apa yang kemungkinan besar akan menjadi roket ruang angkasa tiga tahap,\" kata Kim Dong-yub, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul.
Tergantung pada bagaimana persiapan Korea Utara, peluncurannya dapat dilakukan paling cepat pada pertengahan Juni, meskipun Pyongyang juga dapat menyesuaikan waktu peluncurannya dengan hari jadi negara yang jatuh pada bulan Juli, September atau Oktober, kata profesor tersebut.
Gambar satelit komersial baru-baru ini menunjukkan kegiatan konstruksi yang cepat di fasilitas peluncuran roket barat laut Korea Utara. Di mana negara itu terakhir kali melakukan peluncuran satelit pada tahun 2016, situs web 38 North yang berfokus pada Korea Utara mengatakan pada hari Senin.
Kegiatan tersebut termasuk konstruksi di landasan peluncuran satelit utama fasilitas tersebut dan kemungkinan upaya untuk membangun landasan peluncuran baru di tepi lokasi dekat laut, kata 38 North dalam laporannya.
Satelit mata-mata adalah salah satu dari sejumlah sistem persenjataan canggih yang dijanjikan Kim Jong Un untuk dikembangkan. Sistem senjata lain yang masuk dalam daftar keinginannya adalah rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, kapal selam bertenaga nuklir, rudal hipersonik, dan rudal berhulu ledak banyak.
Korea Utara telah menguji beberapa senjata tersebut dalam beberapa bulan terakhir, termasuk uji coba pertama ICBM berbahan bakar padat bulan lalu, tetapi para ahli mengatakan bahwa Korea Utara mungkin membutuhkan lebih banyak waktu dan terobosan teknologi untuk membuat sistem tersebut berfungsi.
Menanggapi rencana Korea Utara untuk meluncurkan satelit mata-mata militer, militer Jepang bulan lalu memerintahkan pasukannya untuk mengaktifkan pencegat rudal dan bersiap-siap untuk menembak jatuh pecahan satelit yang mungkin jatuh di wilayah Jepang.
Korea Utara menempatkan satelit pengamatan Bumi pertama dan kedua ke orbit pada tahun 2012 dan 2016, tetapi para ahli asing mengatakan bahwa keduanya tidak mengirimkan citra kembali ke Korea Utara. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sanksi atas peluncuran tersebut.
Korea Utara telah menghindari sanksi baru Dewan Keamanan atas uji coba balistiknya baru-baru ini pada tahun 2022. Korea Utara juga melakukan uji coba tahun ini, ketika Moskow dan Beijing terus memblokir upaya yang dipimpin AS untuk meningkatkan tekanan terhadap Pyongyang.
Ini semakin memperkuat perpecahan di antara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang semakin dalam karena perang Rusia di Ukraina.