REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan, pada Sabtu (20/5/2023), negara-negara Barat akan menghadapi risiko besar jika memasok Ukraina dengan jet tempur F-16. Dia menanggapi pertanyaan tentang implikasi penyediaan jet yang diminta Ukraina dari negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Kami melihat bahwa negara-negara Barat masih mengikuti skenario eskalasi. Ini melibatkan risiko yang sangat besar bagi diri mereka sendiri," kata Grushko seperti dikutip dari kantor berita milik pemerintah Rusia TASS.
Kiev belum memenangkan komitmen untuk pengiriman pesawat tersebut. Namun, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan kepada para pemimpin G7 pada Jumat (19/5/2023), bahwa negaranya mendukung program pelatihan sekutu bersama untuk pilot Ukraina pada F-16.
"Bagaimanapun, ini akan diperhitungkan dalam semua rencana kami, dan kami memiliki semua sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah kami tetapkan," ujar Grushko.
Juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Kolonel Yuri Ignat, mengatakan kepada Espreso TV, negaranya akan memenangkan perang tersebut saat mengerahkan pesawat tempur F-16. Ukraina dinilai dapat memberikan perlindungan pertahanan di area yang berada di luar jangkauan rudal anti-pesawat.
“Kami membutuhkan F-16 untuk menjadi bagian integral dari pertahanan udara kami. Pesawat tempur ini dapat menyerang target udara baik dari ketinggian tinggi maupun rendah,” kata Ignat seraya menambahkan bahwa jet tersebut dapat membawa senjata canggih.
Ignat mengatakan, dengan memanfaatkan F-16, pasukan darat Ukraina akan dapat dengan cepat membebaskan wilayah yang diduduki Rusia. "Dengan menargetkan pos komando musuh, kelompok militer, dan rantai pasokan logistik,” katanya.