REPUBLIKA.CO.ID, AARAMTA -- Kelompok Hizbullah Lebanon melakukan unjuk kekuatan pada Ahad (21/5/2023). Mereka mengundang media ke salah satu tempat latihannya di Lebanon selatan yang merupakan tempat pasukannya melakukan simulasi latihan militer.
Pejuang bertopeng melompati lingkaran api, menembak dari belakang sepeda motor, dan meledakkan bendera Israel. Bendera itu dipasang di perbukitan di atas dan dinding yang menyerupai bendera di perbatasan antara Lebanon dan Israel.
Pejabat senior Hizbullah Hashem Safieddine mengatakan dalam pidato Ahad, latihan itu dimaksudkan untuk mengkonfirmasi kesiapan penuh pasukan kelompok tersebut untuk menghadapi agresi apa pun oleh Israel.
Safieddine menyinggung kepemilikan rudal yang dipandu oleh kelompok tersebut. Senjata ini tidak dipamerkan tetapi dia menjanjikan itu akan dilihat Israel pada suatu hari nanti.
Latihan itu dilakukan menjelang "Hari Pembebasan" atau perayaan tahunan penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan pada 25 Mei 2000. Momen ini juga setelah eskalasi konflik Israel-Palestina baru-baru ini di Gaza. Kelompok Hamas yang menjalankan pemerintahan di Gaza itu memiliki hubungan dengan Hizbullah.
Pensiunan jenderal militer Lebanon yang saat ini menjadi peneliti dalam urusan militer Elias Farhat mengatakan, pertunjukan kekuatan simbolis Hizbullah tampaknya sebagai tanggapan atas eskalasi baru-baru ini di Gaza. Dia mengatakan, itu juga bisa menjadi tanggapan terhadap demonstrasi oleh ribuan nasionalis Yahudi di Yerusalem pekan lalu.
Sedangkan rekan senior di Carnegie Middle East Center yang meneliti Hizbullah Mohanad Hage Ali menyatakan, di masa lalu ketika terjadi eskalasi konflik Israel-Palestina, kelompok bersenjata Lebanon terkadang menembakkan roket atau mengizinkan faksi Palestina di Lebanon untuk melakukannya. Namun latihan militer terbaru itu adalah cara berisiko rendah untuk menunjukkan kekuatan.
Hage Ali menyatakan, mengingat kembalinya Suriah ke Liga Arab, Hizbullah mungkin tidak menginginkan bentrokan di perbatasan dengan Israel untuk mengalihkan perhatian dari rekonsiliasi Arab. Suriah merupakan sekutu dekat Hizbullah dan Iran.
"Sementara latihan militer menunjukkan seberapa kuat mereka dan mengirim pesan ke Israel, itu juga menunjukkan bahwa kali ini, mereka tidak ingin meningkat,” kata Hage Ali.
Terlebih lagi, beberapa bulan lalu Lebanon dan Israel menandatangani perjanjian perbatasan laut yang ditengahi Amerika Serikat (AS). Menurut prediksi banyak analis, kesepakatan itu akan menurunkan risiko konfrontasi militer di masa depan antara kedua negara.