Rabu 24 May 2023 21:36 WIB

Pesan Kuat untuk Amerika Serikat di Balik Pelukan Hangat Mohammed bin Salman dan Assad

MBS memberikan pesan kuat ke Amerika melalui kedekatannya dengan Assad

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
MBS memberikan pesan kuat ke Amerika melalui kedekatannya dengan Assad
Foto:

Kunjungan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Juli lalu telah menunjukkan kembalinya pengaruh Riyadh. Pemimpin Amerika itu pulang dengan tangan kosong sementara sang pangeran menikmati pertunjukan publik tentang komitmen Amerika Serikat terhadap keamanan Arab Saudi.

Sementara itu, peralihan Arab Saudi dari ketergantungan pada Amerika Serikat terlihat jelas ketika China memediasi penyelesaian antara Riyadh dan musuh bebuyutannya, Iran, tahun ini setelah bertahun-tahun bermusuhan.

Kesepakatan itu tidak dibuat dari posisi menguatnya kekuatan Arab Saudi. Namun Sekutu-sekutu Iran telah menjadi lebih kuat daripada pengaruh kerajaan di Irak, Suriah dan Lebanon, dan peran Iran menguasai sebagian besar wilayah di Yaman.

Namun, hal ini menunjukkan bahwa Riyadh mampu memangkas kerugiannya dan bekerja sama dengan saingan dan musuh Arab Suadi untuk menopang kepentingan regionalnya. 

Seperti MBS yang mendinginkan perang Yaman, di mana pasukan Arab Saudi telah terjebak sejak tahun 2015.

Sementara itu, sang pangeran juga telah meningkatkan hubungan dengan Turki dan mengakhiri boikot terhadap Qatar, negara tetangga yang ia anggap menginvasi pada tahun 2017, menurut para diplomat dan pejabat Doha.

"Selama tiga tahun terakhir, kapak telah dikubur dan hubungan diperbaiki," kata kolumnis Saudi, Abdulrahman Al-Rashed, di surat kabar Asharq Al Awsat.

Hubungan transaksional

Seorang pejabat Teluk mengatakan bahwa hubungan baru yang lebih bersifat transaksional langsung dengan Amerika Serikat telah menggantikan hubungan model minyak untuk pertahanan. 

Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh

Gaya yang lama karena apa yang dilihat Riyadh sebagai payung keamanan yang lebih goyah setelah pemberontakan Arab pada 2011.

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa hubungan ini merupakan hubungan penting selama delapan dekade yang menjangkau beberapa generasi, lintas pemerintahan di negara kami dan lintas pemimpin di Arab Saudi. 

"Kami memiliki banyak kepentingan dalam hal hubungan kami dengan Arab Saudi .... Kebijakan dan keterlibatan kami akan berusaha untuk memastikan bahwa hubungan kami tetap baik dan mampu menghadapi tantangan bersama di masa depan."

Riyadh berpikir bahwa Washington telah meninggalkan sekutu-sekutu lama selama pemberontakan dan mungkin juga akan meninggalkan Dinasti Al Saud. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement