REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekitar 10 persen orang tampaknya menderita long Covid setelah infeksi omicron. Hasil tersebut didapatkan dari penelitian terhadap hampir 10 ribu Amerika yang bertujuan untuk membantu mengungkap kondisi misterius tersebut.
Temuan awal dari studi National Institutes of Health menyoroti selusin gejala yang paling membedakan long Covid. Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terkadang melemahkan yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, bahkan setelah kasus Covid-19 yang ringan.
Jutaan orang di seluruh dunia menderita long Covid dengan lusinan gejala yang sangat bervariasi, termasuk kelelahan dan brain fog. Ilmuwan masih belum tahu penyebabnya dan alasan hanya menyerang sebagian orang hingga cara mengobatinya dan cara terbaik mendiagnosisnya.
Mendefinisikan kondisi dengan lebih baik adalah kunci penelitian untuk mendapatkan jawaban tersebut. “Terkadang saya mendengar orang berkata, 'Oh, semua orang sedikit lelah,'” kata Dr. Leora Horwitz dari NYU Langone Health.
“Tidak, ada yang berbeda dengan orang yang sudah long Covid dan itu penting untuk diketahui," ujar salah satu penulis penelitian itu.
Penelitian baru yang diterbitkan di Journal of American Medical Association pada Kamis (25/5/2023), mencakup lebih dari 8.600 orang dewasa yang menderita Covid-19 pada titik berbeda dalam pandemi. Data tersebut dibandingkan dengan 1.100 lainnya yang belum terinfeksi.
Menurut beberapa perkiraan, sekitar satu dari tiga pasien Covid-19 pernah mengalami long Covid. Itu mirip dengan peserta studi NIH yang melaporkan sakit sebelum varian omicron mulai menyebar di AS pada Desember 2021.
Namun, sekitar 2.230 pasien mengalami infeksi virus corona pertama mereka setelah penelitian dimulai. Kondisi itu memungkinkan mereka untuk melaporkan gejala secara real time dan hanya sekitar 10 persen yang mengalami gejala jangka panjang setelah enam bulan.
Studi baru memusatkan perhatian pada selusin gejala yang dapat membantu mendefinisikan long Covid. Ciri-ciri dari long Covid seperti kelelahan, brain fog, pusing, gejala gastrointestinal, palpitasi jantung, masalah seksual, kehilangan bau atau rasa, haus, batuk kronis, nyeri dada, gejala yang memburuk setelah aktivitas dan gerakan abnormal.
Para peneliti memberikan skor pada gejala, berusaha menetapkan ambang batas. Batas tersebut pada akhirnya dapat membantu memastikan pasien serupa terdaftar dalam studi tentang kemungkinan pengobatan Covid jangka panjang, sebagai bagian dari studi NIH atau di tempat lain, untuk perbandingan setara.
Horwitz menekankan bahwa dokter tidak boleh menggunakan daftar itu untuk mendiagnosis seseorang dengan long Covid sebab itu hanya alat penelitian yang potensial. Pasien mungkin memiliki salah satu dari gejala tersebut atau banyak, bahkan gejala lain yang tidak ada dalam daftar. Semua orang melakukan penelitian tentang long Covid, tetapi Horwitz mengaku mereka bahkan tidak tahu apa artinya.