Sabtu 27 May 2023 17:38 WIB

Komunitas LGBTQ+ Turki Khawatirkan Masa Depan Jika Erdogan Menang Pemilu

Selama kampanye pemilu, Erdogan selalu menyasar kelompok LGBTQ+.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Kandidat Presiden Turki dan Aliansi Rakyat Recep Tayyip Erdogan, melambaikan tangan kepada para pendukungnya saat kampanye pemilu di Istanbul, Turki, 22 Mei 2023. Komunitas LGBTQ+ di Turki megkhawatirkan masa depan mereka jika Erdogan memenangi pemilu putaran kedua yang akan dilaksanakan besok, Ahad (28/5/2023).
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Kandidat Presiden Turki dan Aliansi Rakyat Recep Tayyip Erdogan, melambaikan tangan kepada para pendukungnya saat kampanye pemilu di Istanbul, Turki, 22 Mei 2023. Komunitas LGBTQ+ di Turki megkhawatirkan masa depan mereka jika Erdogan memenangi pemilu putaran kedua yang akan dilaksanakan besok, Ahad (28/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Bagi beberapa pemilih muda, demokrasi Turki rasanya sudah mati.  Duduk di sofa merah di bawah bendera pelangi, Zeynep (21 tahun), dan Mert (23 tahun) mengkhawatirkan masa depan mereka jika Presiden pejawat Recep Tayyip Erdogan memenangkan pemilu putaran kedua.

Zeynep dan Mert kuliah di jurusan psikologi Universitas Bogazici. Persahabatan mereka dimulai di klub LGBTQ+ universitas, yang kemudian ditutup. Turki telah melarang parade Pride Gay pada 2015. Selama kampanye pemilu, Erdogan selalu menyasar kelompok LGBTQ+.

Baca Juga

"Tidak ada orang LGBT yang keluar dari negara ini. Kami tidak menodai struktur keluarga kami. Berdiri tegak seperti laki-laki, keluarga kami seperti itu," kata Erdogan dalam kampanye umum di Kota Izmir.

Mert mengatakan, masyarakat kini menghadapi risiko yang semakin besar. Mert menambahkan, Erdogan selalu menyasar kelompok LGBTQ+ dalam setiap pidatonya.

"Erdogan sendiri, dalam setiap pidatonya, di setiap acara yang dia adakan, mulai menggambarkan kami sebagai target. Hari demi hari, negara menjadikan kami musuh," kata Mert, dikutip BBC, Jumat (26/5/2023).

Mert mengatakan, tindakan pemerintahan Erdogan terhadap kelompok LGBTQ+ sangat mengkhawatirkan. Mereka kini hidup dalam kewaspadaan dan ketakutan.

“Apa yang dikatakan pemerintah berdampak pada masyarakat. Anda lihat itu tercermin pada orang-orang terdekat Anda, bahkan di keluarga Anda. Jika ini terus berlanjut, lalu apa selanjutnya? Akhirnya kita selalu hidup waspada, selalu tegang, selalu dalam ketakutan,”  kata Mert yang memiliki rambut berwarna hitam dan memakai anting-anting sebahu.

Sementara Zeynep masih mengharapkan era baru di Turki. Namun dia sadar, era baru itu tidak mungkin terwujud. "Saya berusia 21 tahun dan mereka telah berada di sini selama 20 tahun," kata Zeynep.

"Saya ingin perubahan dan jika saya tidak melihat itu, saya akan sedih dan takut. Mereka akan menyerang kami lebih banyak, mereka akan mengambil lebih banyak hak kami. Mereka akan melarang lebih banyak hal. Tapi kami masih akan melakukan sesuatu, kami  masih akan bertarung," ujar Zeynep. 

Pada awal masa kampanye, Erdogan menuduh lawan politiknya sebagai pro-LGBTQ+. Hal ini disampaikan Erdogan dalam kampanye umum di Istanbul pada Ahad (7/5/2023), ketika dia berupaya menarik basis pemilih Muslim konservatif.

"Partai AK dan partai lain dalam aliansi kami tidak akan pernah pro-LGBT, karena keluarga adalah suci bagi kami. Kami akan mengubur mereka yang pro-LGBT di kotak suara," kata Erdogan.

Erdogan telah memperkuat retorikanya terhadap komunitas LGBTQ+ dalam beberapa tahun terakhir. Erdogan sering menyebut LGBTQ+ sebagai perilaku menyimpang. Erdogan menyerang pesaing utamanya Kemal Kilicdaroglu, yang merupakan pemimpin aliansi oposisi utama.

"Orang-orang saya tidak akan mengizinkan pemabuk naik panggung. Kami tidak akan membiarkan Kilicdaroglu, yang bergandengan tangan dengan teroris, memecah tanah air kami," kata Erdogan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement