Kendati harga makanan meroket dan inflasi mencapai 43 persen, Erdogan tetap unggul dalam pemilu putaran pertama dengan memperoleh 49,5 persen suara. Erdogan dijagokan memenangkan pemilu putaran kedua. Bahkan Erdogan juga unggul di sejumlah wilayah yang terkena dampak gempa dahsyat pada Februari lalu. Ketika terjadi gempa, pemerintahan Erdogan menuai kritik karena respon yang lambat.
"Saya pikir dia adalah politisi Teflon (terhebat). Dia juga memiliki sentuhan umum. Anda tidak dapat menyangkalnya. Dia memancarkan kekuatan. Itu satu hal yang tidak dimiliki oleh (kandidat oposisi Kemal) Kilicdaroglu," kata Profesor Soli Ozel, yang mengajar hubungan internasional di Universitas Kadir Has Istanbul.
Siapa pun presiden Turki berikutnya, nasionalisme sudah menjadi pemenang di negara itu. Para pemilih telah memilih parlemen paling nasionalis dan konservatif yang pernah ada. Koalisi Partai AK (Keadilan dan Pembangunan) pimpinan Erdogan tetap memegang kendali.
Pada Ahad (28/5/2023) para pemilih akan pergi ke tempat pemungutan suara untuk pemilu putaran kedua. Erdogan menjanjikan abad Turki baru jika dia terpilih kembali. Pendukung Erdogan mengatakan, dia akan memberikan lebih banyak pembangunan dan membuat Turki lebih kuat. Sementara para pengkritiknya mengatakan, kemenangan Erdogan berarti akan ada lebih banyak Islamisasi, dan masa depan yang suram.