Ahad 28 May 2023 16:55 WIB

Recep Tayyip Erdogan atau Kemal Kilicdaroglu, Siapa Presiden Turki Berikutnya?

Sejumlah isu jadi sorotan seperti isu pengungsi hingga kebijakan luar negeri

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Recep Tayyip Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu bersaing memperebutkan kursi Presiden Turki
Foto:

Sebelumnya Kemal Kilicdaroglu mengatakan, partainya memiliki bukti konkret tentang intervensi Rusia menjelang pilpres di negara tersebut. “Kepada teman-teman Rusia, Anda berada di balik montase, konspirasi, konten deep fake, dan rekaman yang diekspose di negara ini kemarin. Jika Anda ingin persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei (2023), singkirkan tangan Anda dari negara Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan,” tulis Kilicdaroglu lewat akun Twitter pribadinya, 12 Mei 2023 lalu.

Kilicdaroglu mengungkapkan, jika tidak memiliki bukti, dia tak akan membuat cicitan tersebut di Twitter-nya. “Kami merasa tidak dapat menerima jika negara lain ikut campur dalam proses pemilu Turki untuk mendukung partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat kicauan ini secara terbuka melalui tweet,” ujarnya dalam sebuah wawancara.

Kilicdaroglu tak menjelaskan lebih detail tentang konten deep fake yang disebutnya didalangi Rusia. Moskow kemudian segera membantah tuduhan Kilicdaroglu. "Kami sangat menolak pernyataan seperti itu, kami secara resmi menyatakan tidak ada campur tangan. Jika seseorang memberikan informasi seperti itu kepada Tuan Kilicdaroglu, maka mereka pembohong, hanya itu yang bisa saya katakan," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media, Jumat lalu, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Dia mengungkapkan, secara umum, Rusia sangat menghargai hubungan bilateral dengan Turki. Sebab sejauh ini Turki telah mengambil posisi sangat bertanggung jawab, berdaulat, dan bijaksana dalam berbagai masalah regional serta global yang dihadapi Moskow. “Dan posisi (Turki) ini sangat kami sukai. Sebagai negara yang menghargai hubungan bilateral, ia akan memastikan tidak melakukan apa pun yang menentang mitranya," ujar Peskov.

Peskov menekankan, Rusia telah berulang kali menyatakan dan menegaskan tidak mencampuri urusan dalam negeri serta proses pemilu negara lain. Menurutnya, Kemal Kilicdaroglu harus mengingat bagaimana AS menuduh Rusia mencampuri pilpresnya pada 2020. “Mereka (AS) menghabiskan puluhan juta dolar untuk penyelidikan dan kemudian sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada campur tangan," ucap Peskov.

Dalam pilpres putaran pertama yang digelar 14 Mei 2023 lalu, Erdogan dan Kilicdaroglu sama-sama gagal memperoleh suara di atas 50 persen. Erdogan menghimpun 49,51 persen suara, sedangkan Kilicdaroglu memperoleh 44,88 persen suara. Putaran kedua pilpres bakal digelar pada 28 Mei mendatang.

Sementara itu dalam pemilu parlemen yang digelar bersamaan pada 14 Mei 2023 lalu, partai Erdogan, yakni Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party), berhasil memenangkan mayoritas kursi. Dari 600 kursi yang diperebutkan, AK Party mengamankan 266 kursi. Sedangkan partai CHP yang dipimpin Kilicdaroglu memperoleh 166 kursi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement