Ahad 28 May 2023 21:15 WIB

Putin Ingin Pergerakan Cepat Sipil dan Militer ke Wilayah Ukraina yang Diduduki

Putin telah memerintahkan pasukannya memperketat keamanan di wilayah perbatasan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
In this handout photo released by Roscongress Foundation, Russian President Vladimir Putin attends the plenary session of the Eurasian Economic Forum in Moscow, Russia, Wednesday, May 24, 2023.
Foto: Vyacheslav Viktorov via AP
In this handout photo released by Roscongress Foundation, Russian President Vladimir Putin attends the plenary session of the Eurasian Economic Forum in Moscow, Russia, Wednesday, May 24, 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pasukan negaranya memperketat keamanan di wilayah perbatasan. Hal itu guna memastikan percepatan pergerakan militer dan sipil di wilayah Ukraina yang kini sudah berada di bawah kontrol Moskow.

“Penting untuk memastikan pergerakan cepat kendaraan dan kargo militer serta sipil, termasuk makanan, bahan bangunan, bantuan kemanusiaan yang dikirim ke subjek baru Federasi (Rusia),” kata Putin dalam pesan yang diunggah di saluran Telegram Kremlin, Ahad (28/5/2023).

Baca Juga

Serangan ke daerah-daerah perbatasan Rusia meningkat intensitasnya dalam beberapa pekan terakhir. Ukraina mengerahkan pesawat nirawak (drone) untuk melancarkan serangan tersebut. Wilayah Kursk dan Belgorod adalah wilayah di perbatasan yang paling sering menjadi sasaran penyerangan.

Serangan ke Kursk dan Belgorod telah merusak infrastruktur listrik, kereta api, serta militer di kedua wilayah itu. Ukraina hampir tidak pernah secara terbuka mengeklaim bertanggung jawab atas serangan ke wilayah Rusia atau wilayah yang kini diduduki Rusia.

Pada Sabtu (27/5/2023) lalu, Ukraina mengindikasikan pihaknya siap meluncurkan serangan balasan yang telah lama dijanjikan. Mereka akan berusaha merebut kembali wilayah yang kini berada di bawah kontrol Rusia.

Pada 30 September 2022, Vladimir Putin diketahui telah mengesahkan bergabungnya Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia, ke Rusia. Empat wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah pendudukan Rusia. Pada 23 hingga 27 September 2022, keempat wilayah itu menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung.

Ukraina dan sekutu Barat-nya menolak hasil referendum tersebut. Mereka menilai referendum itu telah diatur sedemikian rupa hasilnya oleh Moskow. Kendati ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya “merebut” keempat wilayah itu. Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen dari luas wilayah Ukraina. Jika digabung, luasnya setara dengan luas Portugal.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement