REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan awal pekan ini berhasil melakukan uji coba pencegat rudal buatan dalam negeri yang sedang dikembangkan, yakni keberhasilan ketiga dari empat uji coba sejauh ini. Uji coba tersebut dilakukan untuk meningkatkan upaya mencegah ancaman Korea Utara yang terus berkembang.
Pada Selasa (30/5/2023), Badan Pengembangan Pertahanan yang dikelola Pemerintah Korsel menyampaikan kepada korps pers seluruh proses uji intersepsi pada peluru kendali darat ke udara jarak jauh (L-SAM) di lokasi pengujian Anheung di Taean, yang terletak 109 kilometer barat daya Seoul, untuk pertama kalinya.
L-SAM merupakan struktur tiga tahap, termasuk tahap akhir Kill Vehicle. Dirancang untuk menembak jatuh rudal balistik yang jatuh pada ketinggian 50-60 kilometer, rudal tersebut merupakan elemen utama sistem anti rudal berlapis-lapis tingkat rendah negara itu, yang disebut Pertahanan Udara dan Rudal Korea (KAMD).
Pada layar besar di lokasi pengujian, Kill Vehicle terlihat secara akurat mengenai target rudal setelah berhasil memisahkan tahap pertama dan keduanya. Hal itu merupakan sebuah pertunjukan yang juga disaksikan pejabat pemerintah dan staf penelitian, termasuk Menteri Pertahanan Lee Jong-sup.
"Kemampuan L-SAM yang memperluas pertahanan rudal lapisan atas fase terminal (dari sebuah penerbangan rudal) tidak hanya akan meningkatkan kemampuan merespons ancaman rudal Korut, tetapi juga berkontribusi besar terhadap penguatan kemampuan pertahanan rudal aliansi Korsel-AS," kata Lee.
Sejak November 2022, ADD telah melakukan empat uji intersepsi L-SAM. Dari keempat pengujian tersebut, sebanyak tiga uji coba, termasuk yang terbaru, berhasil dilakukan.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan bahwa negara itu berencana untuk menyelesaikan pengembangan L-SAM pada tahun depan, memulai fase produksi massal pada 2025 dan mulai menerapkan sistem intersepsi pada akhir 2020-an.
Program KAMD Korsel terdiri dari beberapa sistem intersepsi, termasuk rudal Patriot Advanced Capability-3 dan rudal darat ke udara jarak sedang Cheongung-II, yang akan digunakan untuk intersepsi pada ketinggian 40 kilometer atau lebih rendah.
Selain itu, Pasukan Amerika Serikat di Korsel mengoperasikan baterai dari sistem pertahanan rudal anti-balistik Amerika (THAAD) di wilayah tenggara Seongju untukmemperkuat kemampuan pertahanan rudal kedua negara bersekutu itu.
Sistem THAAD dirancang untuk menembak jatuh rudal musuh pada ketinggian 40-150 kilometer. KAMD adalah pilar dari sistem pencegahan tiga cabang Korsel, yang mencakup sistem serangan yang bersifat mendahului, Kill Chain, dan Korea Massive Punishment and Retaliation (KMPR), yakni sebuah rencana operasional untuk melumpuhkan kepemimpinan Korut dalam konflik besar.