Kamis 01 Jun 2023 22:56 WIB

Partai HDP Terpuruk di Pemilu Turki, Tokoh Kurdi Mundur dari Politik Aktif

Selahattin Demirtas meminta HDP melakukan evaluasi atas hasil buruk di pemilu.

Selahattin Demirtas (tengah depan), ketua bersama Partai Demokrasi Rakyat (HDP) pro Kurdi Turki, menghadiri aksi duduk di Lapangan Galatasaray, Istanbul, Turki, Sabtu (14/11).
Foto: AP/Emrah Gurel
Selahattin Demirtas (tengah depan), ketua bersama Partai Demokrasi Rakyat (HDP) pro Kurdi Turki, menghadiri aksi duduk di Lapangan Galatasaray, Istanbul, Turki, Sabtu (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Tokoh Kurdi yang kini menjadi tahanan politik, Selahattin Demirtas menyatakan mundur dari politik aktif. Ia meminta partai Kurdi yang pernah ia pimpin, Peoples' Democratic Party (HDP) melakukan evaluasi atas hasil buruk di pemilu Turki bulan lalu. 

HDP meraih dukungan 8,9 persen suara pada pemilu parlemen 14 Mei 2023. Meski masih tetap tiga besar di parlemen, perolehan suara ini mengalami penurunan. Pada pemilu parlemen 2018, HDP mendapatkan 11,7 persen suara. 

Demirtas meminta maaf karena HDP tak bisa menawarkan kebijakan berarti bagi masyarakat. ‘’Selagi saya tetap melakukan perlawanan dari penjara, saya mundur dari politik aktif,’’ kata Demirtas kepada laman berita Artigercek dari Penjara Edirne, Turki, Kamis (1/6/2023). 

Ia tetap akan menjadi anggota HDP dan mendorong partai ini melakukan evaluasi mendasar. ‘’Apa yang diperlukan adalah demokrasi di dalam partai. Saat demokrasi di dalam partai merosot maka akan memicu kesalahan lainnya,’’ katanya. 

Dua kali Demirtas pernah mencalonkan diri sebagai presiden yaitu pada 2014, lalu pada 2018 saat ia berada di dalam penjara. Saat itu ia berada di peringkat ketiga dengan 8,4 persen suara dukungan. Sebelum pemilu 14 Mei, ia mengajukan diri lagi tetapi HDP menolaknya. 

‘’Pencalonan saya sebenarnya bisa meningkatkan perolehan suara. Namun, saya masih tidak tahu kenapa pencalonan saya ditolak,’’ ujar Demirtas. Semula, ia divonis tiga tahun penjara karena dianggap menghina presiden. 

Kini ia masih mendekam di penjara dan potensial diganjar hukuman seumur hidup. Ia disidangkan bersama lebih dari 100 anggota HDP, yang dituduh bertanggung jawab atas meletusnya aksi massa yang menyebabkan puluhan orang tewas. 

Dalam pidato kemenangannya pada 28 Mei lalu, Erdogan menegaskan, selama masa pemerintahannya tak mungkin membebaskan Demirtas dari penjara. Ia tetap menyebut Demirtas teroris. Kilicdaroglu pernah berjanji, jika menang pilpres akan membebaskan Demirtas.

Jaksa mengajukan kasus terhadap HDP pada Maret 2021, menuduh mereka memiliki hubungan dengan Kurdistan Workers Party (PKK), yang ditetapkan sebagai anggota teroris oleh AS dan Uni Eropa, juga Turki. 

HDP menolak tuduhan memiliki kaitan dengan PKK yang berperang melawan Turki selama beberapa dekade. Konflik ini telah menyebabkan 40 ribu orang kehilangan nyawa. Demirtas merupakan salah satu pimpinan HDP antara 2014 dan 2018. 

Meski ia dipenjara sejak 2016, Demirtas tetap menjadi sosok kunci dalam politik Turki. Ia menyampaikan politik hariannya melalui Twitter yang memiliki pengikut lebih dari dua juta. Saat pilpres kemarin, HDP dan partai sekutunya tak mengajukan calon presiden. 

Mereka mendukung capres oposisi yaitu Kemal Kilicdaroglu. Pada putaran kedua pilpres 28 Mei lalu, Presiden Recep Tayyip Erdogan meraih 52,2 persen, sedangkan Kilicdaroglu 47,8 persen.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement