Jumat 02 Jun 2023 11:05 WIB

Ini Isu yang Dibahas dalam Pertemuan Menlu BRICS di Afrika Selatan

Sebagian besar negara BRICS mengambil posisi berbeda dengan AS dan sekutu

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Pertemuan Menlu BRICS di Afrika Selatan
Foto: AP
Pertemuan Menlu BRICS di Afrika Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu dengan rekan-rekan dari anggota BRICS di Afrika Selatan pada Kamis (1/6/2023). Menurut duta besar Afrika Selatan BRICS Anil Sooklal, mereka akan memulai  dengan pertukaran pandangan tentang isu-isu geopolitik utama, termasuk perang di Ukraina.

Sebagian besar negara BRICS mengambil posisi berbeda dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat dalam perang. Berbicara menjelang pertemuan, Sooklal menyebut bantuan militer Barat ke Ukraina sebagai salah satu hal yang memicu konflik.

Baca Juga

“Setiap upaya yang memicu konflik tidak menyelesaikan masalah,” kata Sooklal ketika ditanya tentang reaksinya terhadap upaya Barat untuk mentransfer senjata ke Ukraina.

“Kami tidak mengetahui adanya konflik global yang telah diselesaikan melalui perang. Semua itu menyebabkan lebih banyak rasa sakit dan penderitaan dan, sebagai negara-negara BRICS, inilah yang kami katakan: Mari kita fokus untuk menemukan penyelesaian damai terhadap tantangan, daripada memicu konflik," ujar Sooklal.

Aliansi BRICS terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Pertemuan para menteri luar negeri itu  merupakan pendahulu dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang lebih besar di Johannesburg pada Agustus.

Tapi dalam kunjungan ini saja Lavrov melakukan pembicaraan resmi di setidaknya tiga negara Afrika dalam perjalanannya ke Afrika Selatan. Partisipasinya jelas merupakan inti dari pembicaraan BRICS yang berlangsung di sebuah hotel mewah Cape Town yang menghadap ke Samudra Atlantik Selatan.

Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang yang diharapkan hadir lebih memilih mengirim wakilnya sebagai gantinya. Namun semua menteri luar negeri lainnya akan hadir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement