REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- PBB mengkhawatirkan terhentinya bantuan kemanusiaan untuk ratusan ribu warga Palestina oleh badan-badan PBB. Menurutnya, hal itu berpotensi memicu bencana kemanusiaan, khususnya di Jalur Gaza yang diblokade.
“Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan mereka menghadapi situasi kritis di Palestina, dengan penangguhan bantuan untuk lebih dari 200 ribu orang akan mulai berlaku pada bulan Juni jika pendanaan tidak dijamin segera,” kata seorang juru bicara Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, dikutip laman Al Araby, Kamis (1/6/2023).
Dia memperingatkan, jika WFP tetap tak memperoleh suntikan dana, tak menutup kemungkinan organisasi tersebut terpaksa menangguhkan operasinya sepenuhnya di Palestina pada Agustus mendatang. “Itu berarti 350 ribu orang Palestina yang paling rentan dan rawan pangan akan kehilangan bantuan yang memungkinkan mereka memberi makan keluarga mereka,” ucapnya.
Juru bicara Sekjen PBB itu memberi perhatian lebih pada kondisi rakyat Palestina di Jalur Gaza. Menurutnya, pertempuran antara Israel dan kelompok Jihad Islam belum lama ini semakin menghancurkan perekonomian Gaza yang sudah lemah. PBB sebelumnya telah menyatakan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza merupakan salah satu krisis terburuk di dunia.
Krisis pendanaan yang dihadapi WFP dan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah menempatkan ratusan ribu, bahkan jutaan warga Palestina dalam risiko. “Tanpa pendanaan baru, WFP akan menangguhkan bantuan tunai untuk sekitar 200 ribu warga Palestina pekan depan,” ujar Koordinator Khusus PBB untuk Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, 24 Mei 2023 lalu, dilaporkan Anadolu Agency.
Wennesland mengungkapkan, UNRWA menghadapi situasi serupa seperti WFP. Dia menyebut UNRWA tidak akan memiliki sumber daya untuk memberikan layanan inti kepada para pengungsi Palestina pada September mendatang.
Dia memperingatkan bahaya penurunan dukungan donor dan mendesak masyarakat internasional mencari cara untuk meningkatkan dukungan kepada Palestina. “Kita akan menghadapi tantangan kemanusiaan dan mungkin sekali keamanan, yang serius. Tak ada waktu luang,” ujar Wennesland.
Awal Mei lalu WFP telah mengumumkan akan menangguhkan bantuan makanan untuk lebih dari 200 ribu warga Palestina mulai Juni mendatang. “Mengingat kekurangan dana yang parah, WFP terpaksa membuat pilihan yang menyakitkan untuk memperluas sumber daya yang terbatas. WFP harus mulai menangguhkan bantuan kepada lebih dari 200 ribu orang, yang merupakan 60 persen dari beban kasus saat ini, mulai Juni,” kata Direktur WFP untuk Palestina Samer Abdeljaber, 7 Mei 2023 lalu.
Sebagian besar warga Palestina yang terdampak penangguhan bantuan pangan WFP tinggal di Tepi Barat dan Jalur Gaza. WFP biasanya membagikan voucer bulanan senilai 10,30 dolar AS dan sekeranjang makanan kepada seorang warga Palestina. Dua program itu nantinya bakal terdampak akibat penangguhan. “WFP memahami implikasi dari keputusan sulit dan tak terhindarkan ini terhadap ratusan ribu orang yang juga bergantung pada bantuan pangan untuk kebutuhan paling dasar mereka,” kata Abdeljaber.
Dia mengungkapkan, WFP akan tetap mempertahankan bantuan pangannya bagi 140 ribu warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Abdeljaber menambahkan, keputusan penangguhan diambil untuk menyelamatkan mereka yang berada pada risiko tertinggi tidak mampu membeli makanan. Menurut Abdeljaber, jika WFP tak menerima suntikan dana, bantuan pangan dan uang tunai untuk warga Palestina akan dihentikan seluruhnya pada Agustus mendatang.
Sementara itu pada Januari lalu UNRWA telah mengajukan permohonan dana sebesar 1,6 miliar dolar AS. Mereka berusaha mempertahankan programnya di tengah defisit anggaran dan menyusutnya sumber daya manusia. “Tantangan yang bertambah selama setahun terakhir termasuk kekurangan dana, krisis global yang bersaing, inflasi, gangguan dalam rantai pasokan, dinamika geopolitik dan meroketnya tingkat kemiskinan serta pengangguran di kalangan pengungsi Palestina telah memberikan tekanan besar pada UNRWA,” kata UNRWA dalam sebuah pernyataan, 24 Januari 2023 lalu.
UNRWA mengungkapkan, dana 1,6 miliar dolar AS itu diperlukan untuk mempertahankan layanan-layanan vital bagi jutaan pengungsi Palestina tahun ini. Mereka berharap komunitas internasional dapat memberikan kontribusi. Saat ini UNRWA menaungi sekitar 5 juta pengungsi Palestina yang tersebar di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Lebanon, dan Suriah.