Senin 05 Jun 2023 11:57 WIB

Cina Sebut Konflik dengan AS Bisa Jadi Bencana Dunia

Cina tetap mengutamakan dialog dibandingkan konfrontasi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Bendera Amerika dan China berkibar di Taman Salju Genting.
Foto: AP Photo/Kiichiro Sato, File
Bendera Amerika dan China berkibar di Taman Salju Genting.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Pertahanan Cina, Li Shangfu, mengatakan konflik antara negaranya dan Amerika Serikat (AS) bisa menjadi bencana yang tak tertahankan bagi dunia. Namun, dia menekankan Cina tetap mengutamakan dialog dibandingkan konfrontasi.

Li mengungkapkan, Cina memiliki sistem berbeda serta perbedaan dalam banyak hal dengan AS. Kendati demikian, dia menilai, hal itu seharusnya tidak menjadi penghalang bagi kedua negara untuk mencari titik temu dan kepentingan bersama untuk menumbuhkan hubungan bilateral serta memperdalam kerja sama.

Baca Juga

“Tidak dapat disangkal bahwa konflik atau konfrontasi yang parah antara Cina dan AS akan menjadi bencana yang tak tertanggungkan bagi dunia,” kata Li saat berbicara di forum keamanan Shangri-la Dialogue di Singapura, Ahad (4/6/2023), dikutip laman Asia One.

Dia pun menyinggung tentang adanya beberapa negara yang mengintensifkan perlombaan senjata. “Mentalitas Perang Dingin sekarang bangkit kembali, sangat meningkatkan risiko keamanan. Saling menghormati harus menang atas intimidasi dan hegemoni,” ujar Li.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegur Cina karena menolak mengadakan pembicaraan militer. Menurut dia, sikap Beijing membuat kedua negara menemui jalan buntu karena perbedaan mereka. “(Dialog) bukanlah hadiah, tapi kebutuhan,” kata Austin.

Pekan lalu, Juru Bicara Pentagon Brigadir, Jenderal Patrick Ryder, mengungkapkan Cina telah menolak undangan AS untuk mengadakan pertemuan bilateral menteri pertahanan kedua negara. Pertemuan itu rencananya digelar di sela-sela penyelenggaraan forum keamanan Shangri-la Dialogue di Singapura.  

“Semalam Cina memberi tahu AS bahwa mereka telah menolak undangan kami untuk pertemuan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dengan Menteri Pertahanan Li Shangfu di Singapura pekan ini,” kata Ryder, Senin (29/5/2023).

Dia menyadari bahwa saat ini Li Shangfu tengah disanksi di bawah undang-undang AS, yakni Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), karena membeli persenjataan dari Rusia. Namun, Ryder mengungkapkan, hal itu tak menjadi penghalang bagi Lloyd Austin untuk bertemu dengan Li dalam proses menjalankan urusan resmi Pemerintah AS.

Menurut Ryder, Cina telah beberapa kali menolak undangan atau permintaan Departemen Pertahanan AS untuk mengadakan pertemuan antar-menteri. “Sejujurnya, ini hanya yang terbaru dari serangkaian alasan. Sejak 2021, Cina telah menolak atau gagal menanggapi lebih dari belasan permintaan Departemen Pertahanan untuk keterlibatan pemimpin utama, beberapa permintaan untuk standing dialogue, dan hampir 10 keterlibatan tingkat kerja," katanya.

Ryder menekankan, saluran komunikasi antara militer AS dan Cina penting untuk tetap terbuka. Hal itu guna mencegah persaingan antara kedua negara berubah menjadi konflik. “Keengganan Cina untuk terlibat dalam diskusi antar-militer tidak akan mengurangi komitmen Departemen Pertahanan (AS) untuk mencari jalur komunikasi terbuka dengan Tentara Pembebasan Rakyat (Cina) di berbagai tingkatan, sebagai bagian dari pengelolaan hubungan yang bertanggung jawab,” ucapnya.

Hubungan AS dan Cina dibekap ketegangan akibat beberapa isu, antara lain terkait Taiwan, persengketaan klaim di Laut Cina Selatan, dan pembatasan ekspor cip semikonduktor oleh Presiden Joe Biden. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement