Senin 05 Jun 2023 23:28 WIB

Bangladesh Tutup Pembangkit Listrik Utama karena Terkendala Impor Batu Bara

Bangladesh kekurangan cadangan devisa.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah warga menggunakan payung untuk melindungi diri dari gelombang panas di Dhaka, Bangladesh, Selasa (27/4). Gelombang panas yang terjadi di Bangladesh itu merupakan yang terparah semenjak tujuh tahun terakhir dengan suhu tertinggi mencapai 41,2 derajat celcius dan diperkirakan akan berlangsung hingga 30 April 2021.  EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Sejumlah warga menggunakan payung untuk melindungi diri dari gelombang panas di Dhaka, Bangladesh, Selasa (27/4). Gelombang panas yang terjadi di Bangladesh itu merupakan yang terparah semenjak tujuh tahun terakhir dengan suhu tertinggi mencapai 41,2 derajat celcius dan diperkirakan akan berlangsung hingga 30 April 2021. EPA-EFE/MONIRUL ALAM

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh menutup pembangkit listrik utama pada Senin (5/6/2023) karena penundaan impor batubara yang disebabkan oleh kekurangan cadangan devisa di negara tersebut. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Payra, dengan kapasitas 1.320 megawatt listrik, telah ditutup sepenuhnya karena kekurangan batu bara.

Direktur proyek pembangkit listrik tersebut, Shah Golam Mowla mengatakan, pengiriman sekitar 37.000 ton batu bara dijadwalkan tiba pada 25 Juni. Dia menambahkan, bank sentral telah memberikan dukungan sebesar 100 juta dolar AS untuk impor batu bara.

Baca Juga

Proyek listrik Payra adalah perusahaan patungan pemerintah Bangladesh dan Perusahaan Impor dan Ekspor Mesin Nasional Cina (CMC), yang mulai memproduksi listrik pada 2020 dan telah mencapai kapasitas maksimumnya. Pengiriman batu bara akan memakan waktu setidaknya 20 hingga 25 hari untuk tiba di Bangladesh.

Menurut harian lokal Dhaka Tribune, salah satu dari dua unit ditutup akhir bulan lalu karena kekurangan batu bara. Krisis listrik dimulai ketika CMC gagal membayar tunggakan tagihan sebesar 390 juta dolar AS untuk pasokan batu bara hingga April.

"Kami telah mengerjakan ini selama dua bulan terakhir," kata Menteri Tenaga, Energi, dan Sumber Daya Mineral, Nasrul Hamid, dilaporkan Anadolu Agency, Senin (5/6/2023).

Hamid mengatakan, ada beberapa hal yang harus dibenahi. Dia menambahkan, situasi ekonomi saat ini, serta pasokan minyak dan gas memerlukan upaya yang terkonsentrasi. Hamid mengatakan, Bangladesh sekarang mengalami kekurangan daya sekitar 1.700 megawatt karena beberapa pembangkit listrik mati

Orang-orang di seluruh Bangladesh, termasuk Dhaka, sering mengalami pemadaman listrik karena gelombang panas yang parah di beberapa wilayah negara itu. Departemen Meteorologi Bangladesh memperkirakan tidak ada hujan di Dhaka hingga 9 Juni. Bangladesh mencatat suhu tertinggi 41 derajat Celcius di distrik Rajshahi barat dan 37,1 derajat Celsius di Dhaka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement