REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK – Belarusia, sekutu dekat Rusia, gagal menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB. Dalam pemilihan yang kental dengan penentangan invasi Rusia ke Ukraina, anggota Uni Eropa dan NATO, Slovenia, akhirnya mengalahkan Belarusia dalam pemungutan suara.
Perhatian semua mata hanya tertuju pada pertarungan dalam pemungutan suara untuk lima kursi anggota tidak tetap DK PBB, Selasa (6/6/2023) antara dua negara Eropa Timur itu. Sebab, keduanya mempunyai sikap berbeda terkait invasi Rusia ke Ukraina.
Belarusia mendukung langkah Rusia, sedangkan Slovenia yang merupakan bagian dari NATO tentu mendukung Ukraina. Dalam pemungutan suara secara tertutup yang melibatkan 193 anggota Majelis Umum, Slovenia meraih 153 suara, Belarusia hanya 38 suara.
"Anggota PBB meragukan catatan HAM di dalam negeri Belarusia serta upaya menghapus kejahatan Rusia di Ukraina. Ini membuat Belarusia gagal menjadi anggota DK PBB,’’ ujar Direktur Human Rights Watch Louis Charbonneau.
Menlu Slovenia Tanja Fajon mengaku terkejut atas dukungan pada negaranya. Ini membuktikan Slovenia dipercaya bisa menjadi mitra yang andal. "Sebagai negara kecil yang mendukung multilateralisme, penting merangkul semua pihak.’’
Slovenia, yang pernah menjadi bagian dari Yugoslavia sebelum memisahkan diri pada awal 1990-an, untuk kedua kalinya bergabung dengan DK PBB sejak 1998-99.
Empat negara lainnya mulus meraih kursi keanggotaan DK PBB selama dua tahun. Mereka Guyana meraih 191 suara, Sierra Leone 188 suara, Aljazair 184 suara, dan Korea Selatan didukung 180 suara. Mereka akan bertugas pada 1 Januari mendatang.
Mereka menggantikan Albania, Brasil, Gabon, Ghana, dan Uni Emirat Arab yang akan berakhir masa tugasnya pada 31 Desember tahun ini. Lima anggota tidak tetap akan bergabung dengan lima anggota lainnya yang sudah terpilih tahun lalu, yakni, Ekuador, Jepang, Malta, Mozambique, dan Swiss. Sedangkan, lima anggota tetap pemegang hak veto adalah AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis.
DK PBB bertanggung jawab memelihara perdamaian dan keamanan dunia. Namun, karena adanya veto yang dipunyai Rusia, DK PBB tak bisa melakukan tindakan atas perang di Ukraina.