Rabu 07 Jun 2023 16:21 WIB

China: Perdamaian di Kawasan Teluk Penting untuk Dunia

China mendukung penuh terjaganya perdamaian di Teluk

Bendera China. China mendukung penuh terjaganya perdamaian di Teluk
Foto: Pixabay
Bendera China. China mendukung penuh terjaganya perdamaian di Teluk

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL — China menegaskan bahwa perdamaian dan stabilitas di kawasan Teluk sangat penting untuk menjaga perdamaian dunia.

“Menjunjung perdamaian dan stabilitas wilayah Teluk di Timur Tengah berdampak pada kesejahteraan negara dan orang-orang di wilayah tersebut dan sangat penting untuk menjaga perdamaian dunia, mendorong pertumbuhan ekonomi global, dan menjaga stabilitas pasokan energi," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam jumpa pers di Beijing pada Senin (5/6/2023).

Baca Juga

Pernyataan tersebut dia sampaikan ketika menanggapi laporan bahwa Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UAE) dan negara Teluk lainnya sedang mempertimbangkan untuk membentuk aliansi angkatan laut, yang turut mencakup India dan Pakistan.

Wang menyatakan, dukungan China untuk negara-negara kawasan Timur Tengah dalam menyelesaikan perselisihan dan memupuk hubungan bertetangga yang baik dan persahabatan melalui dialog dan konsultasi.

"China mendukung negara-negara kawasan tersebut dalam mendorong pembangunan melalui solidaritas dan menjaga masa depan mereka di tangan mereka sendiri," kata dia.

Wang pun menegaskan, China akan terus memainkan peran positif dan konstruktif dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan.

Laporan mengenai pasukan angkatan laut gabungan untuk melindungi keamanan di Teluk Persia muncul setelah Uni Emirat Arab pekan lalu menyatakan telah menarik diri dari Pasukan Maritim Gabungan pimpinan Amerika Serikat, yang beroperasi di perairan Teluk.

Namun, Uni Emirat Arab mengatakan tetap berkomitmen untuk memastikan keamanan navigasi di lautnya sendiri sejalan dengan hukum internasional.

Sementara, dalam lokasi terpisah, sejumlah pejabat senior Amerika Serikat dan China mengadakan pembicaraan "bebas dan produktif" di Beijing pada Senin, kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Pembicaraan itu diadakan saat Washington berusaha untuk membangun keterlibatan diplomatik tingkat tinggi antara kedua negara meskipun ketegangan meningkat.

Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyebut pertemuan, yang melibatkan Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, Daniel Kritenbrink, itu sebagai upaya untuk membuat kemajuan dalam hal membuka jalur komunikasi tambahan. 

Pembicaraan itu terjadi setelah para pejabat Amerika Serikat pekan lalu mengakui bahwa William Burn, Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat dan salah satu orang kepercayaan Presiden Joe Biden, mengunjungi China pada Mei.

Baca juga: Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan

Namun, komunikasi antara militer Amerika Serikat dan China masih tertutup. Selain itu , tidak ada tanda-tanda perbaikan hubungan bilateral sejak hubungan kedua negara mencapai titik terburuk tahun ini setelah Washington menembak jatuh apa yang mereka sebut sebagai balon mata-mata China yang terbang di wilayahnya.

Pertemuan terbaru Amerika Serikat-China di Beijing membahas berbagai topik, termasuk kekhawatiran Amerika Serikat atas stabilitas di Selat Taiwan dan masalah hak asasi manusia.

Para pejabat Amerika Serikat menegaskan bahwa Washington akan bersaing dengan penuh semangat dan membela kepentingan dan nilai-nilainya, menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Kritenbrink bertemu dengan Wakil Menlu China Ma Zhaxu dan Direktur Urusan Amerika Utara Kementerian Luar Negeri China Yang Tao, dengan didampingi Direktur Senior Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat untuk Urusan China dan Taiwan, Sarah Beran dan Duta Besar Amerika Serikat untuk China Nicholas Burns, menurut departemen itu.

Kementerian Luar Negeri China pada Selasa mengatakan kedua pihak mengadakan "komunikasi yang bebas, membangun dan bermanfaat" untuk perbaikan hubungan Sino-AS dan manajemen yang tepat serta pengendalian perbedaan pendapat kedua negara.

China mengklarifikasi "posisi resmi terhadap Taiwan" dan isu-isu prinsip utama lainnya serta kedua negara sepakat untuk melanjutkan komunikasi, kata kementerian itu.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement