Selasa 13 Jun 2023 12:13 WIB

Rusia Terus Alami Kemunduran di Ukraina

Moral pasukan Rusia menurun, kekurangan amunisi dan koordinasi antar unit.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Asap mengepul dari gedung-gedung dalam pemandangan udara Bakhmut, tempat pertempuran terberat dengan pasukan Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina, Rabu (26/4/2023).
Foto: AP Photo/Libkos
Asap mengepul dari gedung-gedung dalam pemandangan udara Bakhmut, tempat pertempuran terberat dengan pasukan Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina, Rabu (26/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Di awal invasi konvoi militer Rusia yang bermil-mil panjangnya menjadi target mudah bagi artileri dan drone Ukraina. Taktik dalam upaya merebut Kiev yang gagal itu dianggap sebagai kesalahan besar.

Rudal Ukraina juga menenggelamkan kapal jelajah Rusia, Moskva, kapal utama Armada Laut Hitam, pukulan keras bagi kebanggaan Rusia. Roket-roket Ukraina menghantam gudang amunisi dan markas komando Rusia. Pasukan Kremlin terpaksa mundur dari timur dan selatan Ukraina.

Baca Juga

Terlepas dari kemunduran-kemunduran itu Rusia masih mempertahankan sebagian besar wilayah Ukraina yang direbut pada awal invasi. Bulan lalu Rusia mengklaim telah merebut Kota Bakhmut setelah pertempuran terpanjang dan paling mematikan selama perang yang berlangsung selama 15 bulan.

Namun kelemahan Rusia masih ada. Moral pasukan Rusia menurun, kekurangan amunisi dan koordinasi antar unit. Situasi ini diperburuk perselisihan antara cabang militer dengan kontraktor militer Wagner Group yang menerjunkan puluhan ribu tentara bayaran ke medan perang dan menjadi ujung tombak pertempuran di Bakhmut.

Faktor utama yang masih membatasi kemampuan Rusia adalah keputusan menahan Angkatan Udara masuk lebih jauh ke wilayah Ukraina setelah mengalami kerugian besar di awal perang. Rusia gagal mematikan pertahanan udara Ukraina. Kini dengan pasokan senjata dari Barat ke Ukraina, semakin sulit bagi Rusia untuk menebus pertahanan udara Ukraina.

Mantan Kepala Komando Pasukan Gabungan Angkatan Bersenjata Inggris Sir Richard Barrons menekankan pentingnya pemimpin-pemimpin di Kiev untuk menjauhkan pesawat musuh. "Agar serangan balik tidak menjadi momen bagi Angkatan Udara Rusia tiba-tiba menemukan kemampuan dan keberanian dan bertempur di seluruh Ukraina," katanya, Senin (12/6/2023).

Pengamat militer Ukraina Oleh Zhdanov mencatat Moskow masih mempertahankan sejumlah pasukan dan senjata di berbagai wilayah di Ukraina. Meski memiliki sejumlah kelemahan. Sementara Rusia menambah jumlah senjata era Perang Dingin dalam perang di Ukraina seperti tank tahun 1950-an yang kini sudah diperbaiki.

"Tidak peduli tank apa yang mereka miliki, mereka memiliki ribuan," kata Zhdanov.

Ia mencatat Rusia banyak menggunakan tank-tank itu sebagai tak bergerak di garis pertahanan termasuk di wilayah Zaporizhzhia. Taktik ini terbukti efektif untuk bertahan.

Zhdanov mengakui Rusia berhasil mengenai gudang-gudang militer Ukraina dengan mengandalkan agen-agen dan kolaborator Moskow. Tapi menurutnya kerugian itu masih dapat "ditoleransi." Ia juga mengatakan Rusia semakin banyak menggunakan drona dan senjata elektronik untuk merusak drone Ukraina.

Zhdanov mengatakan Rusia berhenti menggunakan grup taktik berukuran batalion seperti yang mereka gunakan di awal perang. Kini Moskow memiliki menggunakan unit-unit tempur yang lebih kecil.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement