REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Sejumlah investor besar mempertimbangkan untuk keluar dari bisnis consumer goods. Ini terkait regulasi deforestrasi yang diloloskan Uni Eropa (UE). Di antara mereka mengkhawatirkan risiko rantai pasokan dalam bisnis ini.
Desember tahun lalu, UE menyetujui aturan baru untuk mencegah perusahaan menjual barang ke pasar mereka komoditas kopi, daging sapi, kedelai, karet, minyak sawit, dan komiditas lainnya yang memiliki kaitan dengan deforestrasi.
Perusahaan mesti membuktikan rantai pasok mereka tak ikut menyebabkan kerusakan hutan atau mereka kena denda 4 persen. Union Investment, Jerman, top-20 investor di Unilever dan Reckitt tahun lalu menyurati 56 perusahaan consumer goods.
Tujuannya mengetahui lebih dalam soal deforestrasi di rantai pasok mereka. ‘’Denda jadi risiko buat kinerja perusahaan ini di pasar saham,’’ ujar Henrik Pontzen, kepala ESG di Union Investment, yang memiliki 467 miliar dolar AS aset di bawah pengelolaannya.
Mereka juga memiliki saham di Nestle, Pepsico, Danone, Beyond Meat, dan L'Oreal. Dokumen internal yang dilihat Reuters menunjukkan, hanya 30 respons dan hanya 14 yang menyatakan mereka punya nol deforestrasi.
‘’Sebagai investor besar, ini bukan sebuah tipikal. Secara tipikal kami menerima jawaban dari perusahaan manapun yang kami surati. Mungkin, alasan mereka tak menjawab karena memang tak ada yang bisa mereka katakan,’’ ujar Pontzen, Selasa (23/6/2023).
Union akan mengeluarkan perusahaan dari daftar ketika opsinya tak bisa berjalan. Ini tak hanya terjadi pada Union.
Delapan pemegang saham besar, yakni Schroders, Janus Henderson, NBIM, Union Investment, KLP, Aviva, Fidelity International, dan Ninety One berbicara dengan perusahaan consumer goods mengenai isu deforestrasi ini. Tiga dari mereka menyatakan mungkin akan keluar.
Regulasi deforestrasi ini diharapkan berlaku pada akhir 2024 untuk perusahaan-perusahaan besar. ‘’Perusahaan harus lebih bersih, tak sekadar bersih. Ada fakta terdapat penalti yang besar,’’ kata Jonathan Toub, manajer portofolio di Aviva.
Lembaga ini menginvestasikan 278 miliar dolar AS dan memiliki saham di P&G, Unilever, Nestle, dan Reckitt.
NBIM, salah satu investor terbesar dunia berbasis di Norwegia dengan 1,3 triliun aset yang dikelolanya, menyatakan regulasi deforestrasi yang kelak diterapkan oleh UE akan berdampak pada perusahaan yang belum siap.
‘’Ini akan memengaruhi akses pasar, berpotensi menimbulkan penalti atau meningkatnya biaya,’’ ujar Snorre Gjerde, manajer investasi di NBIM.