Rabu 14 Jun 2023 20:47 WIB

Erdogan Belum Sudi Dukung Swedia Masuk NATO

Sekjen NATO berharap Swedia menjadi anggota sebelum pertemuan NATO bulan depan.

Bendera berkibar tertiup angin di luar markas NATO di Brussel, 7 Februari 2022.
Foto: AP Photo/Olivier Matthys
Bendera berkibar tertiup angin di luar markas NATO di Brussel, 7 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Swedia diminta mengubah perilakunya terhadap Turki jika ingin disetujui masuk NATO. Mestinya, menurut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, tak ada lagi ruang bagi kelompok anti-Turki berunjuk rasa di Stockholm.

‘’Turki tak dapat memberikan respons positif atas pengajuan keanggotan Swedia di NATO sedangkan para teroris bebas berdemonstrasi di Stockholm,’’ ujar Erdogan kepada reporter dalam penerbangan dari Azerbaijan menuju Turki, Selasa (13/6/2023). 

Posisi Turki, kata dia, akan jelas dalam pembicaraan dengan para pejabat Swedia di Ankara, Rabu (14/6/2023) waktu setempat. Rencananya, ada pembicaraan Turki, Swedia, Finlandia, dan NATO untuk membahas keberatan Turki atas masuknya Swedia ke NATO. 

Maret lalu, Turki meratifikasi permohonan keanggotan Finlandia tetapi masih menolak memberikan lampu hijau bagi Swedia. Sikap yang sama ditempuh Hungaria. Turki memandang Swedia memberi kebebasan kepada kelompok Kurdi di sana, yang dilabeli teroris oleh Turki. 

Swedia merespons Turki, mereka telah menjalankan apa yang bagian kesepakatan di Madrid mengenai persoalan keamanan yang menjadi perhatian Turki. Termasuk menerapkan undang-undang antiterorisme pada bulan ini. 

Menurut Swedia, pihaknya mengikuti hukum nasional dan internasional dalam melakukan ekstradisi. Turki menghendaki penyerahan kelompok Kurdi yang ada di Swedia ke Ankara. Ketegangan dua negara dipicu aksi massa anti-Turki dan anti-NATO pada bulan lalu. 

Saat itu bendera Kurdistan Workers Party (PKK) berkibar di gedung parlemen Swedia. Baik Turki maupun Uni Eropa menetapkan kelompok Kurdi sebagai teroris. Terkait undang-undang antiterorisme yang baru saja diterapkan Swedia, Erdogan juga berkomentar. 

‘’Ini bukan sekadar amendemen hukum atau perubahan konstitusional. Apa kerja polisi di sana? Mereka memiliki hak hukum dan konstitusional, mereka mestinya menggunakan haknya itu. Polisi mesti mencegah aksi massa itu,’’ kata Erdogan. 

Erdogan menambahkan, pada hari dirinya melakukan pembicaraan dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg awal bulan ini, protes yang sama berlangsung di  Stockholm. ‘’Saya katakan juga ke Stoltenberg, Swedia mestinya mencegah aksi itu untuk mengamankan persetujuan Turki.’’

Setelah pertemuan dengan Erdogan itu, Stoltenberg menuturkan, kesepakatan mengenai bergabungnya Swedia ke dalam aliansi ini diharapkan bisa dicapai sebelum pertemuan para pimpinan negara anggota NATO bulan depan. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement