REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Menteri pertahanan (menhan) anggota NATO gagal mencapai kesepakatan dalam rencana baru bagaimana aliansi itu merespons serangan Rusia. Salah satu diplomat menyalahkan Turki yang mempersulit upaya mereka.
Menurut Sekjen NATO Jens Stoltenberg, para menhan mengkaji rencana itu dalam pertemuan dua hari di Brussels, Belgia. Ini pertama kalinya NATO membahas rencana menghadapi Rusia sejak berakhirnya Perang Dingin dan invasi Rusia ke Ukraina.
Namun di pertemuan, Jumat (16/6/2023) seorang diplomat mengatakan Turki menghalangi keputusan atas kata-kata lokasi geografis termasuk mengenai Siprus.
Diplomat itu mengatakan masih ada kesempatan menemukan solusi sebelum pertemuan NATO pada pertengahan Juli mendatang di Vilnius. Rencana itu terdiri atas ribuan halaman rencana militer rahasia yang akan memerinci bagaimana NATO merespons serangan Rusia.
Penyusunan dokumen tersebut menandakan perubahan fundamental. Selama beberapa dekade terakhir NATO tidak membutuhkan rencana pertahanan skala besar karena hanya berperang di Afghanistan dan Irak.
Sementara, Rusia pasca-Uni Soviet tidak lagi dianggap sebagai ancaman nyata yang eksistensial. Namun, itu berubah sejak perang Ukraina yang menjadi perang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
NATO merasa membutuhkan rencana pertahanan sebelum konflik dengan Rusia yang memiliki kekuatan setara mungkin akan meletus. NATO juga akan memberi pedoman bagi negara anggota mengenai bagaimana memperbaharui pasukan dan logistik mereka.
"Sementara rencana kawasan belum resmi diperkenalkan hari ini, kami mengantisipasi rencana-rencana ini sebagai bagian dari serangkaian hasil untuk pertemuan Vilnius pada bulan Juli," kata seorang pejabat AS.