Senin 19 Jun 2023 18:56 WIB

Korea Selatan Tinggalkan Sistem Penghitungan Usia

Korsel menerapkan penghitungan setahun lebih tua dari perhitungan usia internasional.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Warga mengantre untuk dites Covid-19 di Seoul, Korea Selatan, Kamis (10/2/2022).
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Warga mengantre untuk dites Covid-19 di Seoul, Korea Selatan, Kamis (10/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan (Korsel) akhirnya melepaskan metode penghitungan usia negara yang ditetapkan sejak zaman penjajahan. Korsel selama ini menerapkan metode penghitungan setahun lebih tua dari perhitungan usia internasional, seperti dikutip dari Korea Herald, Senin (19/6/2023)

Di bawah metode perhitungan usia tradisional negara Asia Timur itu, seseorang dianggap berusia satu tahun saat lahir. Korsel beranggapan, ketika masih dalam kandungan, seorang bayi di Korsel sudah dihitung usia memasuki tahun pertama kehidupan.

Seseorang akan bertambah umurnya satu tahun lebih tua setiap pergantian tahun kalender atau setiap tahun baru meski tanggal lahir sebenarnya berbeda.

Jepang menghapus metode tersebut dari sistem hukumnya pada tahun 1950 dan Cina tidak menggunakannya lagi sejak Revolusi Kebudayaan 1966-1976.

Korea Utara juga telah secara resmi menggunakan metode usia internasional umum sejak 1980-an. Baru tahun 2023 pada 28 Juni mendatang Korsel mulai menghapus metode itu setelah revisi undang-undang berlaku.

"Saya pikir itu akan dikenang sebagai salah satu prestasi terbesar pemerintahan Yoon Suk-yeol," kata seorang warga Korsel Choi So-jin (40 tahun) dikutip laman Korea Herald pada Senin (19/6/2023).

Menyelaraskan sistem usia Korea dengan norma internasional adalah salah satu janji kampanye Presiden Korsel Yoon Suk-yeol. Sementara itu, Seo Ji-yeon, seorang pekerja kantoran yang usia Koreanya menjadi 50 tahun ini, mengatakan pemikiran untuk kembali ke usia 40-an membuatnya merasa seperti telah membeli waktu yang hilang.

"Bagi saya, ini adalah perbedaan besar secara psikologis, dan saya merasa harus menjalani hidup sepenuhnya,” kata Seo, terkait perubahan tersebut.

Meskipun perubahan ini tampaknya masuk akal bagi banyak orang, mungkin perlu beberapa waktu sebelum orang Korea beradaptasi dengannya. Usia selalu menjadi faktor penting di Korea, terutama di kalangan anak-anak, karena dalam bahasa Korea cara seseorang menyapa orang lain sering kali ditentukan oleh perbedaan usia antara keduanya.

Balita diajari untuk memanggil anak yang lebih tua sebagai "hyung" (kakak laki-laki untuk laki-laki), "nuna" (kakak perempuan untuk laki-laki), "oppa" (kakak laki-laki untuk perempuan) atau "eonni" (kakak perempuan untuk perempuan) walaupun tidak berhubungan. Di prasekolah, balita yang lebih tua sering disebut sebagai "hyeongnim", dengan sufiks kehormatan "nim".

“Chingu”, yang berarti “teman”, adalah istilah yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang seumuran. Anak-anak dapat dimarahi jika mereka memanggil kakak atau anak yang lebih tua dengan namanya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement