Selasa 20 Jun 2023 14:50 WIB

Gletser Himalaya Mencair dengan Cepat

Kemungkinan banjir bandang dan longsor akan semakin besar di tahun-tahun mendatang

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Gletser di seluruh pegunungan Hindu Kush Himalaya mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Foto: AP
Gletser di seluruh pegunungan Hindu Kush Himalaya mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU -- Gletser di seluruh Pegunungan Hindu Kush Himalaya mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gletser tersebut dapat kehilangan hingga 80 persen dari volumenya saat ini.

Laporan International Center for Integrated Mountain Development yang berbasis di Kathmandu pada Selasa (20/6/2023) memperingatkan, kemungkinan bencana banjir bandang dan longsor akan semakin besar pada tahun-tahun mendatang.

Baca Juga

Selain itu, ketersediaan air tawar akan berdampak terhadap hampir 2 miliar orang yang tinggal di hilir 12 sungai yang bermuara di pegunungan. Es dan salju di Pegunungan Hindu Kush Himalaya merupakan sumber air penting bagi sungai-sungai yang mengalir melalui 16 negara di Asia dan menyediakan air bersih bagi 240 juta orang di pegunungan dan 1,65 miliar lainnya di hilir.

“Orang-orang yang tinggal di pegunungan ini yang hampir tidak berkontribusi apa-apa terhadap pemanasan global berisiko tinggi akibat perubahan iklim,” kata Amina Maharjan, spesialis migrasi dan salah satu penulis laporan tersebut.  

“Upaya adaptasi saat ini sama sekali tidak mencukupi dan kami sangat prihatin bahwa tanpa dukungan yang lebih besar, komunitas ini tidak akan mampu mengatasinya," ujar Maharjan.

Berbagai laporan sebelumnya menemukan bahwa kriosfer atau wilayah di Bumi yang tertutup salju dan es, termasuk yang paling parah terkena dampak perubahan iklim. Penelitian terbaru menemukan bahwa gletser Gunung Everest telah mencair selama 2.000 tahun hanya dalam 30 tahun terakhir.

“Kami memetakan untuk pertama kalinya keterkaitan antara perubahan kriosfer dengan air, ekosistem, dan masyarakat di kawasan pegunungan ini,” kata Maharjan.

Di antara temuan utama dari laporan pada Selasa adalah bahwa gletser Himalaya menghilang 65 persen lebih cepat sejak 2010 dibandingkan dekade sebelumnya. Selain itu, berkurangnya tutupan salju akibat pemanasan global akan mengakibatkan berkurangnya air tawar bagi orang yang tinggal di hilir. 

Studi tersebut menemukan bahwa 200 danau gletser di pegunungan ini dianggap berbahaya dan wilayah tersebut dapat mengalami lonjakan yang signifikan dalam banjir semburan danau glasial pada akhir abad ini.

Studi tersebut menemukan, masyarakat di daerah pegunungan terkena dampak perubahan iklim jauh lebih besar daripada banyak bagian dunia lainnya.  Perubahan pada gletser, salju, dan permafrost di wilayah Hindu Kush Himalaya didorong oleh pemanasan global. Efek perubahan iklim sudah dirasakan oleh masyarakat Himalaya secara akut. Awal tahun ini kota pegunungan Joshimath di India mulai tenggelam dan penduduk harus dipindahkan dalam beberapa hari.

“Begitu es mencair di wilayah ini, sangat sulit untuk mengembalikannya ke bentuk bekunya,” kata Direktur Inisiatif Iklim Kriosfer Internasional, Pam Pearson.

“Ini seperti kapal besar di lautan. Begitu es mulai mencair sangat sulit untuk berhenti. Jadi, dengan gletser, terutama gletser besar di Himalaya, begitu mereka mulai kehilangan massa, itu akan berlanjut untuk waktu yang sangat lama sebelum dapat stabil," kata Pearson.

Pearson mengatakan, sangat penting bagi salju, permafrost, dan es Bumi untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat CelSius yang disepakati pada konferensi iklim Paris 2015. "Saya merasa sebagian besar pembuat kebijakan tidak menganggap serius tujuan tersebut, tetapi di cryosphere, perubahan yang tidak dapat diubah sudah terjadi," kata Pearson.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement