Selasa 20 Jun 2023 23:28 WIB

Uni Eropa akan Sisihkan Bantuan 54,65 Miliar Dolar AS untuk Ukraina

Perwakilan Uni Eropa sebut wilayah itu butuh bahan impor untuk produksi amunisi.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto selebaran yang diambil dari video yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada Kamis, 25 Mei 2023, seorang tentara Rusia menembakkan sistem rudal anti-tank Fagot ke posisi Ukraina di lokasi yang dirahasiakan.
Foto: Russian Defense Ministry Press Service photo
Dalam foto selebaran yang diambil dari video yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada Kamis, 25 Mei 2023, seorang tentara Rusia menembakkan sistem rudal anti-tank Fagot ke posisi Ukraina di lokasi yang dirahasiakan.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala eksekutif Uni Eropa, Ursula von der Leyen, pada Selasa (20/6/2023), meluncurkan sebuah paket bantuan untuk Ukraina senilai 50 milyar euro atau 54,65 miliar dolar AS.

Angka tersebut muncul setelah peninjauan anggaran kelompok negara tersebut untuk tahun 2021-2027 dan menjelang konferensi internasional di London minggu ini. Konferensi internasional itu, di antara tujuannya untuk mengumpulkan lebih banyak dana untuk membangun kembali Ukraina dari kerusakan perang oleh Rusia.

Baca Juga

"Cadangan anggaran sebesar 50 miliar euro akan memberikan perspektif dan keandalan bagi mitra-mitra blok pendukung Ukraina," kata von der Leyen dalam komentarnya kepada para jurnalis setelah pertemuan komisi Uni Eropa di Brussels.

Namun di sisi lain, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Kebijakan Luar Negeri Josep Borrell pernah menyebut, pihaknya kekurangan bahan untuk produksi amunisi, dan terpaksa harus mengimpornya.

"Hari ini saya dapat memberitahu Anda bahwa untuk meningkatkan kapasitas produksi perang, amunisi, kami kekurangan bahan-bahan penting yang tidak lagi tersedia di Eropa dan harus diimpor," katanya.

"Hal ini melemahkan otonomi strategis kita, menimbulkan risiko ekonomi dan mengancam keamanan kita," ujar Borrell saat mempresentasikan Strategi Keamanan Ekonomi Uni Eropa beberapa waktu lalu. (Reuters/TASS)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement