Rabu 21 Jun 2023 17:42 WIB

Sebut Xi Diktator, Cina Anggap Biden Bikin Provokasi

Pernyataan Biden dianggap provokasi politik terbuka.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Cina menyerang balik Presiden AS Joe Biden setelah menyebut Presiden Xi Jinping diktator. Pernyataan Biden dianggap tak masuk akal dan sebuah provokasi. Saling serang yang terjadi tak selang berapa lama dari kunjungan Menlu AS Antony Blinken ke Cina. 

Padahal, kunjungan Blinken bertujuan menstabilkan hubungan kedua negara yang menegang. 

Hubungan yang berada di titik terendah. Saat menghadiri penghimpunan dana di Kalifornia, Biden mengatakan Xi sangat malu ketika balon mata-mata Cina diledakkan di atas wilayah udara AS awal tahun ini. 

Biden mengatakan, alasan mengapa Xi sangat marah saat AS menembak balon mata-mata itu dengan dua kotak penuh peralatan mata-mata di dalamnya karena dia tak tahu bahwa peralatan itu ada di sana. 

‘’Itu kejadian yang sangat memalukan bagi para diktator saat mereka tidak tahu apa yang terjadi,’’ jelas Biden, Selasa (20/6/2023). Cina segera merespons dengan menyebut pernyataan Biden sangat tak masuk akal dan tak bertanggung jawab. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning menegaskan, komentar Biden melanggar fakta, protokol diplomatik, dan kedaulatan politik Cina. ‘’Itu merupakan provokasi politik terbuka,’’ ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (21/6/2023).

Ditanya mengenai balon mata-mata Cina yang disinggung Biden, Mao menegaskan kembali penjelasan sebelumnya bahwa balon yang melewati wilayah udara AS tidak dengan sengaja diarahkan ke sana dan disebabkan kondisi yang di luar kendali Cina. 

‘’Mulut besar Biden kehilangan gemanya,’’ kata Wu Xinbo, direktur Center for American Studies di Fudan University,Shanghai. Ia menambahkan, perlu penekanan pada rasa saling percaya antara AS dan Cina. ‘’Komentar Biden sangat merusak.’’

Pada pertemuan Menlu AS Antony Blinken dan Presiden Xi Jinping, Senin lalu, kedua sepakat untuk menstabilkan hubungan Washington dan Beijing. Dengan demikian, dua kekuatan ekonomi dunia ini tak masuk dalam konflik. 

Meski tak ada terobosan baru dalam pertemuan itu, kedua belah pihak sepakat menjalin kontak berkelanjutan. Di antaranya dengan kunjungan intens pejabat tinggi AS dalam beberapa pekan dan bulan mendatang. Utusan khusus AS untuk perubahan iklim, John Kerry, segera ke Cina.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement