Jumat 23 Jun 2023 16:18 WIB

Inggris Selidiki Sejumlah Universitas Terkait Bantuan Program Drone Iran

Pemerintah AS memperingatkan perusahaan AS untuk memasok komponen drone Iran.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto yang dirilis oleh Angkatan Darat Iran pada hari Rabu, 24 Agustus 2022, drone dipersiapkan untuk diluncurkan selama latihan drone militer di Iran.
Foto: Iranian Army via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Angkatan Darat Iran pada hari Rabu, 24 Agustus 2022, drone dipersiapkan untuk diluncurkan selama latihan drone militer di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris sedang melakukan penyelidikan atas laporan adanya pihak dari berbagai universitas di Inggris yang ikut membantu pemerintah Iran, dalam mengembangkan teknologi program pesawat tanpa awak atau drone.

Pekan lalu, surat kabar yang berbasis di London, Jewish Chronicle melaporkan temuannya sendiri bahwa 11 universitas di Inggris telah berkolaborasi dengan rekan lembaga penelitiannya di Iran. Kerja sama itu, ternyata untuk membantu mengembangkan teknologi dan komponen yang telah - setidaknya berpotensi - digunakan dalam pembuatan jet tempur dan pesawat tak berawak di Teheran.

Iran telah, setidaknya selama setahun terakhir, memasok kendaraan udara tak berawak (UAV) tersebut ke Rusia, selama invasi yang sedang berlangsung di Ukraina. Pesawat tanpa awak bunuh diri - atau kamikaze - yang diproduksi oleh Teheran secara khusus telah digunakan untuk menyerang target militer dan sipil di Ukraina.

Laporan-laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan media dan tokoh-tokoh politik di Inggris, tentang bagaimana kolaborasi semacam itu dapat terjadi di negara anti Iran tersebut. Termasuk bagaimana berbagai komponen tertentu, yang berpotensi digunakan untuk tujuan militer, dapat diekspor ke Iran. Terlepas dari larangan Inggris terhadap ekspor produk semacam itu ke negara tersebut.

Terkait masalah ini di Parlemen kemarin, Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, menyatakan bahwa pihaknya menanggapi semua tuduhan pelanggaran kontrol ekspor dengan serius. "Kami tidak akan menerima kolaborasi yang membahayakan keamanan nasional kami," ujarnya.

Menurut Financial Times, beberapa universitas yang terlibat menanggapi laporan tentang bantuan pengembangan drone ini, dengan Imperial College. "Kami memiliki panduan komprehensif bagi para akademisi kami untuk memastikan bahwa mereka menyadari dan mematuhi undang-undang keamanan nasional yang sesuai dan tanggung jawab mereka ketika bekerja dengan kolaborator internasional," dalam bantahan resmi Imperial College.

Cranfield University juga membantah telah melakukan kerja sama itu. "Kami meninjau kebijakan dan proses keamanan kami secara terus-menerus untuk memastikan bahwa kegiatan penelitian sepenuhnya mematuhi pedoman dan kewajiban hukum," tulis keterangan resmi Cranfield University.

Penyelidikan London terhadap tuduhan tersebut dilakukan ketika Amerika Serikat memperingatkan perusahaan-perusahaan Amerika bulan ini. AS meminta semua perusahaan untuk memastikan mereka secara tegas tidak memasok barang elektronik atau komponen lain, yang dapat digunakan oleh Iran untuk membuat pesawat tak berawak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement