REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal selam Titan yang hilang di laut Atlantik Utara sejak Ahad (18/6/2023) menarik perhatian dunia dalam satu pekan terakhir. Pihak berwenang Amerika Serikat (AS) mengatakan, sebaran puing-puing kapal yang ditemukan di Atlantik Utara mengarah pada kesimpulan bahwa kapal selam milik OceanGate yang memiliki misi menjelajahi sisa reruntuhan kapal Titanic ini mengalami implosion, dan menewaskan kelima penumpang.
Apa itu implosion? Apa perbedaannya dengan explotion atau eksplosi?
Dilansir Northeastern Global News, seorang profesor fisika terkemuka, Arun Basil menjelaskan tentang perbedaan antara implosion dan eksplosi. Basil menjelaskan, implosion adalah kebaikan dari eksplosi.
"Dalam eksplosi, gaya bekerja keluar. Sementara implosion, gaya bekerja ke dalam," ujar Basil.
Dalam ilmu fisika, gaya dapat berupa tarikan atau dorongan yang terjadi pada suatu benda. Basil menjelaskan, ketika kapal selam berada jauh di dalam lautan, ia mengalami gaya di permukaannya karena tekanan air. Ketika gaya ini menjadi lebih besar dari yang dapat ditahan oleh lambung kapal, maka kapal itu meledak dengan keras.
"Implosion itu serupa dengan eksplosi namun lebih keras," ujar Basil.
Dalam kasus kapal selam Titan, Basil mengatakan, saat lambung kapal selam pecah di bawah tekanan eksternal yang sangat besar, sejumlah besar energi dilepaskan. Pada saat itu, lima penumpang dalam kapal selam tersebut akan mati seketika.
"Penumpang tidak akan mengalami rasa sakit atau menyadari apa yang menimpa mereka," kata Basil.
Ketika ditanya, mengapa kapal selam Titan tidak bisa menavigasi kedalamannya, Basil mengatakan, kuncinya adalah desain lambung kapal. Lambung kapal melindungi kapal dari tekanan air eksternal yang besar, yang dapat menghancurkan lambung kapal. Sebagian besar teknologi yang ada didasarkan pada baja, titanium, dan aluminium. Material ini telah teruji mampu menahan tekanan ekstrim.
"Namun, lambung Titan memiliki desain eksperimental. Sebagian besar menggunakan serat karbon, yang memiliki keunggulan lebih ringan dari titanium atau baja, sehingga Titan dapat memiliki lebih banyak ruang untuk penumpang," ujar Basil.
Basil menjelaskan, material serat karbon untuk aplikasi laut dalam belum teruji dengan baik karena bisa retak dan pecah tiba-tiba. Selain itu, Titan sebelumnya telah melakukan penyelaman laut dalam beberapa kali. Hal ini akan menyebabkan keletihan lambung, sehingga lambung kapal lebih rentan terhadap kegagalan.