REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Umm Muhammad terkejut saat apoteker memberi tahu resep untuk penyakitnya. Obat yang harus ditebus untuk penyakit kulitnya sekitar 800 ribu dinar atau 611 dolar AS. Maka, ia memutuskan untuk beralih saja. Mengabaikan resep tersebut.
Umm Muhammad mencontoh saudara-saudaranya, menggunakan obat herbal yang lebih murah untuk mengobati penyakitnya. Di toko herbal, ibu dua anak yang berusia 34 tahun itu, mendapati harga delapan kali lebih murah dibandingkan harga yang tertera di resep apoteker.
‘’Saat ini, obat medis merupakan bencana. Siapa yang bisa membeli dengan harga yang tinggi? Orang-orang miskin lebih memilih obat herbal karena harganya lebih murah,’’ kata Umm Muhammad, Ahad (25/6/2023).
Ibrahim al-Jabouri, pemilik toko herbal dan profesor farmakologi, menyatakan, ia melayani pasien dengan berbagai jenis keluhan penyakit. Di antaranya, penyakit kulit, infeksi kolon, gangguan pada usus, atau rambut rontok.
Sejumlah warga Irak memilih pengobatan alternatif karena memang tak mampu mengimbangi mahalnya pengobatan konvensional. Kondisi ekonomi nasional Irak memengaruhi kemampuan warganya dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kesehatan.
‘’Situasi ekonomi negeri ini memprihatinkan, yang berarti ongkos berobat berat untuk ditanggung terutama bagi mereka yang berpenghasilan terbatas,’’ ujar Dr Haider Sabah, yang mengepalai pusat nasional pengobatan herbal.
Ini merupakan lembaga regulator mengenai pengobatan herbal yang berafiliasi dengan Kementerian Kesehatan Irak. Sistem kesehatan Irak sebenarnya pernah menjadi salah satu yang terbaik di Timur Tengah tetapi kemudian semuanya sirna.
Kondisi tersebut disebabkan....