REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina angkat bicara soal terjadinya aksi pembelotan oleh pasukan tentara bayaran Wagner terhadap Rusia pekan lalu. Beijing menyebut bahwa peristiwa itu merupakan urusan dalam negeri Rusia. Namun Cina yakin Moskow dapat menjaga stabilitas nasional.
“Sebagai tetangga bersahabat Rusia dan mitra koordinasi strategis komprehensif untuk era baru, Cina mendukung serta percaya kemampuan Rusia untuk menjaga stabilitas nasional dan mencapai pembangunan serta kemakmuran,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Mao Ning ketika ditanya perihal aksi pembelotan pasukan Wagner, Senin (26/6/2023), dilaporkan laman China Global Television Network.
Pada Ahad (25/6/2023) lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrei Rudenko mengadakan pembicaraan dengan sejumlah pejabat Cina di Beijing. Pada kesempatan itu, Moskow menyebut, para pejabat Cina menyampaikan dukungan kepada Rusia dalam menghadapi aksi pembelotan pasukan Wagner.
“Pihak Cina menyatakan dukungan atas upaya kepemimpinan Federasi Rusia untuk menstabilkan situasi di negara ini sehubungan dengan peristiwa 24 Juni serta menegaskan minatnya untuk memperkuat kohesi dan kemakmuran Rusia lebih lanjut,” kata Kemenlu Rusia.
Tak diterangkan kapan Andrei Rudenko tiba di Beijing. Tak diketahui pula apakah lawatannya ke Negeri Tirai Bambu berhubungan dengan terjadinya aksi pembelotan oleh pasukan Wagner.
Aksi pembelotan tentara bayaran Wagner terhadap Rusia dimulai pada Jumat (23/6/2023). Pasukan Wagner sebelumnya diketahui bertempur bersama tentara Rusia melawan militer Ukraina. Wagner berperan besar dalam membantu Rusia memenangkan pertempuran di wilayah Bakhmut bulan lalu.
Pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, mengatakan, aksi pembelotan dilakukan karena militer Rusia telah melancarkan serangan udara yang menyebabkan sejumlah besar pasukannya tewas. Prigozhin secara khusus mengincar Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu dan Panglima Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov.
Prigozhin menarik ribuan pasukannya dari garis depan pertempuran dengan Ukraina kemudian bergerak menuju Moskow. Presiden Rusia Vladimir Putin memandang aksi Wagner sebagai pengkhianatan.
Prigozhin dan pasukannya sempat berhasil menguasai beberapa fasilitas militer di Rostov dan Voronezh pada Sabtu (24/6/2023). Namun sebelum tiba di Moskow, sekutu Putin, yakni Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, memutuskan menghubungi Prigozhin dan melakukan pembicaraan dengannya. Kremlin menyebut, Lukashenko telah meminta persetujuan Putin untuk memediasi keadaan.
Setelah pembicaraan tersebut, Prigozhin akhirnya memutuskan menghentikan aksi pembelotannya. Pasukan Wagner yang sudah menuju Moskow ditarik. Dalam pernyataannya, Prigozhin mengatakan, dia tidak ingin adanya pertumpahan darah di Rusia.
Sementara itu Rusia memutuskan membatalkan dakwaan hukum terhadap Prigozhin yang memimpin aksi pembelotan pasukan Wagner. Moskow pun menyatakan tidak akan menuntut para tentara Wagner yang terlibat dalam pembelotan.
Padahal sebelumnya Putin telah sesumbar akan menghukum keras siapa pun yang terlibat dalam aksi tersebut. Selain itu, dalam kesepakatan dengan Wagner yang dimediasi Alexander Lukashenko, Rusia juga mengizinkan Prigozhin untuk pergi ke Belarusia.